Editor
Analisa Kemenangan Fantastik Vinales Atas Marquez di Assen

Berita kemenangan Maverick Vinales di MotoGP Assen (Minggu, 30/06) kemarin memang terdengar fantastik. Bayangkan, rider Yamaha ini berhasil mengasapi Marc Marquez 4.8 detik di belakang, untuk merebut kemenangannya yang pertama (dan juga Yamaha) sejak tahun lalu di Phillip Island. Bukankah ini hasil yang mengagetkan di tengah masalah performa yang dihadap Yamaha beberapa tahun ini?

Meski demikian, beberapa pembalap telah meramalkan kemenangan Yamaha ini. “Yamaha adalah motor terbaik di sirkuit (Assen) ini. Kalau mereka mau menang, di sinilah kesempatan terbaik mereka,” kata Marc Marquez sebelum balap.
Selain itu, Marquez juga menjagokan pembalap Suzuki dengan motor besutan mereka yang punya handling sangat baik di sirkuit ini. “Tapi sementara ini saya melihat Yamaha punya kelebihan dibanding mereka," kata Marquez.
Hal senada diungkap pembalap Honda yang lain, Cal Crutchlow. “Saya yakin Vinales punya kesempatan yang sangat bagus untuk menang. Dia sangat cepat sekali. Tapi bagaimana cara dia mengalahkan Marc yang juga cepat tentu akan menjadi tontonan yang Anda nanti-nantikan selama ini,” ramal Crutchlow.
Tak hanya pembalap Honda yang menjagokan Vinales dan Yamaha menang di Assen, Jack Miller yang kini memperkuat Ducati pun berpendapat sama.
“Lupakan betapa bermasalahnya mereka (Yamaha) saat ini. Yang jelas, di sirkuit ini, mereka tampak baik-baik saja. Bayangkan saja, saya mati-matian memiringkan motor saat melibas tikungan kiri-kanan. Badan, lengan, kaki saya lempar ke mana-mana. Tapi coba lihat bagaimana pembalap Yamaha enak saja duduk santai di tengah jok motor,” jelas Jack mengggambarkan betapa stabilnya motor Yamaha di Assen.
Alhasil, Fabio Quartararo, pembalap rookie tim satelit Yamaha yang disponsori Petronas pun mendominasi tiap latihan resmi, bersama dengan seniornya, Maverick Vinales di tim pabrikan Yamaha MotoGP.
Dan memang prediksi ini menjadi kenyataan saat balap berlangsung. Hampir sepanjang 26 lap terjadi pertarungan antara 3 pembalap, yaitu Vinales, Marquez dan Quartararo. Perlu dicatat juga, duo Suzuki juga tampil perfect di lap-lap awal.

Sayang pada lap 3, Alex Rins kehilangan kendali roda depan di tikungan hingga terjatuh. “Saya kira penyebabnya adalah roda depan yang terangkat (wheelie) karena angin dari samping,” ujar Rins yang mengaku baru kali ini mengalami kejadian ini.
Sementara rekan satu timnya, Joan Mir mencoba terus bertahan di barisan depan meski akhirnya tergeser ke posisi 8 setelah beberapa kali melebar di tikungan.

Balik ke penampilan brilian pembalap Yamaha, aplaus patut diberikan kepada Quartaro, pembalap yang baru saja mengawali debutnya di MotoGP. Sempat bertarung dengan Marquez mempertahankan posisi terdepannya, beberapa kali motornya tampak goyang di trek lurus hingga berhasil disalip Marquez. Namun di tikungan, Quartaro berhasil mengambil alih lagi.

Sampai akhirnya giliran Vinales yang melibas Quartaro di trek lurus dan diikuti Marquez. Sejak saat itulah terjadi duel sengit Vinales melawan Marquez. Setelah beberapa kali terjadi perlawanan, akhirnya Marquez menyerah dan Vinales berhasil juara!

Kembali ke bahasan awal tadi, kenapa Yamaha bisa perkasa di sirkuit Assen ini? Rupanya pertayanyaan ini juga menjadi bahasan serius di kalangan jurnalis yang meliput langsung. Muncul anggapan, bahwa karakter sikuit Assen lah yang membuat motor Yamaha (dan Suzuki) mendominasi.
Hal ini juga diyakini Cal Crutchlow. Dia percaya, karakter sirkuit sangat berpengaruh terhadap cara pembalap mengendalikan motornya supaya mendapatkan grip aspal yang maksimal untuk menikung.
"Biasanya, pembalap tidak perlu melakukan sliding untuk melibas tikungan. Tapi di sini, kita harus pintar-pintar melakukan hal itu. Dan bagi kami, hal itu tidak mudah dilakukan dengan grip aspal seperti ini,” ulas Crutchlow yang mengaku tidak kaget melihat ada 2 motor Yamaha dan 2 motor Suzuki di deret terdepan garis start kemarin.
Ditambahkan pula oleh Marquez, Assen memiliki layout sirkuit yang sulit ditaklukkan. “Apalagi dengan menggunakan motor kami (Honda) dan Ducati. Tapi coba perhatikan motor Yamaha dan Suzuki. Mereka bisa bergerak miring ke kanan dan ke kiri secara cepat. Saya tidak percaya kalau ini karena faktor pembalap. Sebab saya yakin, semua pembalap sudah mengerahkan 100% kemampuannya.”

Meski demikian analisa ini belum bisa menjawab, kenapa pembalap jagoan Yamaha yang lain, Valentino Rossi justru kedodoran. Setelah harus puas start dari posisi
Pembalap gaek ini justru mengaku bermasalah dengan grip, seperti pembalap Honda dan Ducati. “Terutama pada sore hari ketika temperatur udara naik. Saya benar-benar kehilangan banyak grip, sehingga tidak bisa berkembang,” kesal Rossi.
Puncaknya ketika Rossi terjatuh saat balap di lap 5, hingga membawa serta pembalap Jepang, Takaaki Nakagami.

Dengan kejadian ini, analisa yang mengatakan, Yamaha dan Suzuki unggul di sirkuit dengan karakter grippy atau mempunyai aspal dan layout yang memungkinkan karet ban mencengkeram kuat, sementara Honda dan Ducati sebaliknya, belum sepenuhnya benar.
Apalagi harus diingat, kemampuan motor saat ini sudah hampir rata setelah mulai diberlakukannya regulasi baru beberapa tahun lalu, yang membatasi pengembangan mesin, penyamaan spek ECU, dan pemakaian satu merek ban Michelin.

Prediksi pembalap pemenang di satu race tidak bisa didasarkan pada motor apa yang dibesutnya, tapi ada beberapa faktor X yang ikut menentukan. Ini yang menjadikan MotoGP masih sangat menarik ditonton di tengah dominasi Marc Marquez yang sementara ini berada di posisi teratas klasemen sementara dengan poin 160 atas Andrea Dovizioso dengan 116.
Naskah: Indramawan
Foto: MotoGP.com