top of page

Kejurnas Drag Bike 2025 Region 2 Putaran 2 Surabaya Sepi Karena Isu Larangan Pembalap Nasional Ikuti Kejuaraan Open?

  • Gambar penulis: Editor
    Editor
  • 2 hari yang lalu
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 24 jam yang lalu


Kejurnas Drag Bike 2025 Region 2 Putaran 2 di sirkuit Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya (1/6) hanya diikuti 100 starter.


OTOPLUS-ONLINE I Sudah 2-3 tahun ini Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Drag Bike selalu sepi peserta.


Tak terkecuali Kejurnas Drag Bike 2025 Region 2 Putaran 2 yang digelar di sirkuit Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, pada Minggu, 1 Juni hari ini.


Sudah 2-3 tahun ini kejurnas drag bike sepi peserta bahkan sempat vakum 1 tahun.
Sudah 2-3 tahun ini kejurnas drag bike sepi peserta bahkan sempat vakum 1 tahun.

Tercatat hanya ada 100 starter saja untuk 12 kelas yang dilombakan, dengan jumlah peserta di angka 43 saja.


Bahkan salah satu kelas Kejurnas yang dilombakan, yakni DB-3 Bracket 10 batal digelar karena hanya ada 1 peserta saja.


Andi Wahyu, Pimpinan Lomba dari IMI Jatim.
Andi Wahyu, Pimpinan Lomba dari IMI Jatim.

"Sejak tahun-tahun kemarin, untuk event balap drag bike di Indonesia yang berstatus Kejurnas, pesertanya selalu kurang antusias," buka Andi Wahyu selaku Pemimpin Lomba dari IMI Jatim.


Beda dengan event drag bike berstatus Open, yang animo pembalapnya sangat besar.


Andi menduga, selain alasan event balap drag bike berstatus Open menawarkan hadiah uang lebih besar, juga karena pembalap takut ikut event kejurnas.


"Mereka takut setelah menyandang predikat pembalap nasional, mereka akan kesulitan ikut event balap berstatus Open," kata Andi.


Sebagai informasi, muncul isu bahwa pembalap nasional drag bike tidak diperbolehkan mengikuti beberapa kejuaraan open drag bike.


Andreas Yosef (kiri) dan Muhammad Ridha Rahman, Pengawas Lomba dari PP IMI usulkan standarisasi besaran uang hadiah lomba.
Andreas Yosef (kiri) dan Muhammad Ridha Rahman, Pengawas Lomba dari PP IMI usulkan standarisasi besaran uang hadiah lomba.

Menanggapi hal ini, Muhammad Ridha Rahman dan Andreas Yosef selaku Pengawas Balap dari PP IMI kompak berkomentar bahwa sudah waktunya antara IMI dan klub penyelenggara balap duduk bersama untuk membicarakan hal ini.


"Karena persoalan ini sudah ada sejak 2-3 tahun lalu sampai sekarang, dan gara-garanya ditengarai karena hadiah uang yang jomplang. Ini harus jelas," ujar Ridha.


Andreas menambahkan, mereka memang tidak berwenang mengambil keputusan.


"Sebab kami tidak duduk dalam Komisi. Kewenangan kami hanya sebatas melaporkan saja ke IMI Pusat," imbuh Andreas.


Bambang "Kapten" Haribowo, Ketua IMI Jatim tetap nekat gelar Kejurnas Drag Bike karena juga bertujuan kurangi balap liar.
Bambang "Kapten" Haribowo, Ketua IMI Jatim tetap nekat gelar Kejurnas Drag Bike karena juga bertujuan kurangi balap liar.

Terkait dengan tindakan yang selama ini dilakukan IMI Jatim, Bambang "Kapten" Haribowo selaku Ketua angkat bicara.


"Sebagai penyelenggara Kejurnas Drag Bike sebenarnya kami sudah menduga akan sepi peserta sebagaimana terjadi di Putaran 1 di Solo sebelumnya, dan juga tahun-tahun sebelumnya," kata Bambang Kapten.


"Tapi kami ini ada di IMI Jatim dan sudah menjadi keputusan kami untuk menggelar Kejurnas Drag Bike yang tak hanya bertujuan untuk jenjang prestasi, tapi juga mengurangi balap liar," lanjutnya.


Ia pun mencontohkan untuk kelas yang dikejurnaskan rata-rata adalah kelas Bracket (8, 9, dan 10 detik) yang tidak butuh modal besar untuk menyiapkan motornya.


Dan hanya ada 1 kelas di luar Bracket, yakni Sport 2-Tak Tune Up Rangka Standar 155cc (130 Kg) yang juga tidak terlalu sulit untuk menyiapkan motornya.


"Bahkan untuk kelas pendukung, selain membuka kelas Rookie untuk pemula, kami juga membuka kelas Sunmori untuk komunitas, dan bahkan ada kelas Madura khusus untuk menampung pembalap ber-KTP Madura yang dikenal antusias balapan," ujar Bambang Kapten.


Lantas bagaimana komentar pembalap?


Ageng Dwi Hartanto dari Tim Sultan ABJ Sumenep akui uang balap liar lebih besar tapi akui pentingnya kejurnas.
Ageng Dwi Hartanto dari Tim Sultan ABJ Sumenep akui uang balap liar lebih besar tapi akui pentingnya kejurnas.

OTOPLUS-ONLINE pun tertarik bertanya pada Ageng Dwi Hartanto, pembalap Tim Sultan ABJ Sumenep.


Pembalap berusia 22 tahun ini mengaku memang uang yang didapat dari balap liar lebih besar daripada uang hadiah kejurnas.


"Tapi menurut saya, event kejurnas seperti ini adalah kesempatan untuk mengukur kemampuan dan prestasi. Selain itu lebih aman ketimbang di jalanan," kata Ageng.


Dari kiri: Samsul Arifin, Sahman dan Muniri (Tim GRM Burrok - Sampang) bersama Linda  dari Farado Skincare merayakan keberhasilan Sahman menjadi jawara di kelas Kejurnas Bracket 9.
Dari kiri: Samsul Arifin, Sahman dan Muniri (Tim GRM Burrok - Sampang) bersama Linda dari Farado Skincare merayakan keberhasilan Sahman menjadi jawara di kelas Kejurnas Bracket 9.

Menarik lagi mendengar penuturan Samsul Arifin, seorang pebisnis asal Ketapang, Sampang, Madura.


Pria yang juga menjabat sebagai Direktur di PT Maylindo Jaya yang bergerak di bidang logam ini mengatakan, ia men-support salah satu pembalap asal Sampang, yakni Sahman, jawara di kelas Kejurnas Bracket 9 dari Tim GRM Burrok - Sampang, karena melihat keseriusannya dalam mengikuti setiap kejuaraan drag bike yang digelar di mana saja.


Selain itu, ia mengaku dekat dengan Muniri, ayah si pembalap.


"Menurut saya, tim balap maupun IMI sendiri harus punya orang-orang yang punya relasi untuk sponsor. Jadi balapan itu tidak melulu ngejar hadiah saja. Pembalap harus fokus balapan. Tim yang kerja cari sponsor. Begitu juga IMI nggak boleh kalah dalam hal hadiah dan pembinaan biar lebih maju lagi," pungkas Samsul Arifin.




Teks dan Foto: Indramawan

Comments


bottom of page