Selain skill, team work, dan strategi, dibutuhkan teknologi cut-off brake system untuk taklukkan tikungan patah tanpa kehilangan banyak waktu di trek Monster Road seri 2 Ponorogo (09/03) kemarin.
Sesaat sebelum masuk ke Special Stage (SS) 3, Race Committee melakukan perubahan layout trek. Ini sejalan dengan Sistem Lomba Monster Road 2019, di mana Trek 1 digunakan untuk SS 1 dan 2, sementara Trek 2 untuk SS 3 dan 4.
“Memang ini salah satu perubahan Sistem Lomba untuk Monster Road 2019. Tahun lalu kita hanya gunakan 1 layout trek untuk 4 SS (Race). Tapi tahun ini kita ubah, supaya peserta tidak bosan,” jelas Ir. Jim Sudaryanto dari Genta Auto Sport selaku Pimpinan Lomba yang tampak hepi dengan jumlah peserta yang melonjak dari 46 orang pada seri 1 lalu naik jadi 62 orang.
"Apalagi banyak juga tim-tim besar off-road yang mulai gabung pada putaran 2 ini," imbuh Jim sambil menyebut beberapa nama tim seperti Galena 4x4, Merapi Off-Road, Abu Sultan Racing Team, Wahana Gili Ocean Bali dan masih banyak lagi.
Ditambahkan oleh Jim, untuk trek alun-alun Ponorogo ini sebenarnya ubahan tidak terlalu banyak. “Hanya kita tambahkan beberapa tikungan. Selain menjadi tantangan baru, tujuannya juga demi safety supaya peserta tidak terlalu mengumbar speed kendaraannya,” lanjut Jim sambil menambahkan, trek alun-alun Ponorogo ini dalam hal karakter sudah ideal karena 50% paving dan 50% tanah.
“Jadi sangat variatif dibanding trek lain yang didominasi paving atau tanah, meskipun dalam hal luasan trek belum ideal,” kata pria ramah ini.
Dan sesaat sebelum SS 3 dimulai, peserta pun diberi kesempatan untuk melakukan inspeksi trek. Memang dari beberapa off-roader yang dijumpai OTOPLUS-ONLINE, sebut saja Kevin Wiwaha (Galena 4x4), Andy (Tebox), Ardan (Abu Sultan Racing Team), Sulung Tejo K. (Saerah Jaya Kapas 27), semua sepakat bahwa perubahan trek ini sangat positif karena memberikan tantangan baru. “Lebih banyak tikungan patah-patah. Ini nanti yang akan menjadi tantangan terbesar bagi kami,” sepakat peserta.
Yang menarik adalah komentar peserta yang mengatakan, bahwa dengan kondisi layout seperti ini mengharuskan off-roader menerapakan jurus drifting untuk melibas tikungan, tanpa kehilangan banyak waktu. Dan termyata, ini tidak mudah!
Spectacle menantang Monster Road mulai dari jumpingan kayu, tumpukan ban dengan kemiringan ekstrem hingga titian jungkat-jungkit.
Usai melibas spectacle yang berupa titian jungkat-jungkit, jumpingan di atas rongsokan mobil, tumpukan kayu atau ban, off-roader langsung dihadapkan pada tikungan patah tersebut. Tentu sangat sulit bagi mereka untuk memposisikan mobil pada jalur corner - entry yang tepat. Alhasil, banyak dari mereka yang off-side dan terpaksa melakukan banyak koreksi hingga kehilangan banyak waktu.
Peserta mati-matian menaklukkan tikungan patah dan coba terapkan jurus drifting.
“Ya memang skill saja tidak cukup. Dan sebenarnya teknologinya sudah ada untuk menaklukkan tikungan seperti ini, seperti yang banyak dipakai di mobil-mobil untuk kejuaraan drifting. Masalahnya, tidak semua tim punya. Hanya tim-tim besar saja,” kata Sulung Tejo.
Dari sini OTOPLUS-ONLINE coba bertanya pada Andy Tebox tentang sistem pengereman yang disebut cut-off brake system atau juga disebut cutting brake ini.
“Pada sistem pengereman ini, rem belakang bisa disetel, roda mana yang mengunci, dan mana yang terus berputar." tutur Andy.
"Kalau belok kanan, ya roda belakang bagian kanan yang mengunci sementara roda bagian kiri terus berputar sehingga mobil bisa ‘nge-roll’,” ujar Andy yang juga memasang alat ini pada mobil besutannya.
“Tanpa bantuan cutting brake ini akan sulit bagi saya untuk bisa melibas tikungan dengan cepat,” yakin off-roader yang sebelumnya aktif di motocross ini.
Dan hasilnya, selain berkat skill, team work dan strategi yang dimilikinya, duet Andy Tebox bersama navigator sekaligus mentornya, Wahyu Lamban Jatmiko, off-roader nasional sekaligus builder mobil-mobil off-road asal Jogja berhasil keluar sebagai pemenang kelas Upper pada seri kali ini.
Naskah & Foto: Indramawan
Σχόλια