"Di balik tongkrongannya yang super gambot dengan kapasitas mesin paling besar saat ini, ada banyak kelebihan dari Rocket 3, sehingga siapapun bisa mengendarainya dengan penuh percaya diri." (Onno “Berserk” Wieringa, OTOPLUS-ONLINE Special Contributor)
Inilah produk terbaru dari Triumph yang akan segera dipasarkan ke pasar dunia, setelah prosesi launching yang diadakan di Tenerife (Pulau terbesar dan terpopuler di kepulauan Canary yang masuk ke dalam wilayah Spanyol) pada 20 November lalu.
Hadir pada kesempatan ini para jurnalis internasional, termasuk kontributor OTOPLUS-ONLINE, Onno Wieringa pada acara yang digelar selama 2 hari tersebut.
“Saya sekarang ada di Tenerife, Canary Islands, menjajal langsung the new Triumph Rocket,” pesan Onno kepada kami melalui WhatsApp Messenger (21/11). Dan berikut ini special report Onno Wieringa untuk pembaca OTOPLUS-ONLINE.
Lima belas tahun setelah perkenalan Rocket III yang pertama kali tahun 2004 silam, kini pers internasional kembali berkumpul di Tenerife untuk diperkenalkan dengan desain terbaru Triumph Rocket 3 R dan GT.
Setelah sesi presentasi sehari penuh, keesokan harinya kami diberikan kesempatan untuk melakukan test ride. Pagi itu matahari bersinar cerah menembus pepohonan palm yang tumbuh subur, sementara di depan sudah ada sebuah Rocket R warna merah, yang telah menunggu untuk saya besut di daerah pegunungan ini bersama sekelompok jurnalis.
Ketika saya duduk di atas sadel Rocket 3, saat itu juga saya merasa nyaman berada di atas motor ini. Begitu juga ketika saya coba mainkan gas. Saya langsung merasa akrab dengan motor ini. Semuanya terasa smooth. Tenaga mesin dan torsi melimpah terasa enak di semua situasi berkendara. Berapa pun kecepatannya, tenaga terasa ngisi terus dengan respon yang bagus.
Apalagi media test ride ini dipimpin oleh Andrew Shim, seorang pembalap yang juga adalah aktor asal Inggris. Saya membayangkan, perjalanan ini bakal terasa cepat. Tapi ternyata tidak seperti itu. Sebab begitu kami memulai perjalanan melintasi aspal halus di wilayah bagian utara pulau ini, kami hanya mampu melarikan motor pada kecepatan sedang.
Pasalnya, kami harus menghadapi lanskap pegunungan yang beberapa di antaranya terlihat mengerikan. Kami terus naik lebih tinggi dan tinggi lagi... Tikungan demi tikungan harus kami lalui... Semuanya kami lewati dengan antusias. Saya rasakan pergelangan tangan sebelah kanan ini tak puas-puasnya buka-tutup gas. Saya jadi penasaran, bagaimana mungkin motor besar sepanjang dan seberat ini mudah dikendalikan sebagaimana mestinya?
Jawabannya adalah, karena desain dan teknologi yang dibawa motor ini. Keduanya saling berkaitan. Saya pun teringat omongan Stuart Wood, Chief Engineer di Triumph yang sempat bercanda saat minum kopi pada pemberhentian pertama. Dia bilang, "Kami ini orang Inggris, yang dikenal kalem dan rendah hati. Tapi saat kami ingin melakukan sesuatu yang tidak biasa, kami bisa melakukannya dengan baik!"
Harus saya akui, omongan ini benar. Kata 'intuitive' yang sering dipakai pada penjelasan spesifikasi dan fitur motor ini, jujur saja, 100% benar. Setelah 2 menit, Anda bakal merasa nyaman mengendarai Rocket 3!
Setelah sesi pengambilan foto dan makan siang, kami kemudian saling bertukar motor. Ini saatnya saya menjajal Triumph Rocket 3 GT. Sensasi aneh yang saya rasakan, meskipun kedua motor ini tampak sama, namun rasa dan naikannya seperti motor yang berbeda!
Posisi sadel GT lebih rendah. Dengan setang yang berbeda, serta pijakan kaki sedikit maju ke depan, saya merasa lebih rileks mengendarai motor ini. Dan yang aneh, semua wartawan yang mencoba motor ini punya perasaan sama. Meski terasa lebih santai dan pelan, tapi ternyata, kecepatan kami sama seperti saat menjajal R!
Perbedaan antara GT dan R sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain ketinggian sadel lebih rendah (750 mm) ketimbang R (773 mm), juga GT punya bobot 3 Kg lebih berat. Selain itu, GT juga dilengkapi dengan tebeng angin.
Namun demikian, bagaimana bisa naikannya terasa beda? Menurut saya, itu karena posisi berkendara yang lebih rileks tadi. Dengan posisi duduk lebih rendah dan sedikit mundur ke belakang, maka bobot lebih terpusat ke roda belakang. Dan meski di antara kami 50-50 ada yang lebih suka GT atau R, tapi saya pribadi lebih memilih R! Dan asyiknya, semua komponen pada kedua motor ini bisa saling tukar.
Kabar gembira yang ingin saya sampaikan usai menjajal motor ini, Anda tak harus kuat atau tinggi untuk bisa mengendarai Rocket 3. Di balik tongkrongan motor yang super gambot dengan kapasitas mesin motor produksi massal paling besar saat ini, ada banyak kelebihan dari motor ini, sehingga siapapun bisa mengendarainya dengan penuh percaya diri.
TFT & Integrated GoPro Control System
Ambil contoh layar TFT yang diposisikan dengan baik dan sangat mudah bagi saya untuk memahami dengan cepat susunan menu di dalamnya. Bagi orang-orang yang bertugas memotret dan membuat film dokumentasi perjalanan ini, saya yakin mereka enjoy saat bertugas, sebab pada Rocket 3 ini, selain ada 4 riding modes berbeda, Triumph juga menambahkan control system yang terintegrasi dengan kamera GoPro.
Ini adalah fitur pertama yang pernah ada di dunia untuk motor. Fitur ini memungkinkan pengoperasian kamera GoPro melalui optional Bluetooth connectivity module. Koneksi dan pengoperasian pun bisa ditampilkan pada dasbor TFT, sehingga fungsi video dan foto dapat dioperasikan melalui switch.
Mesin Kapasitas Terbesar 2.500 cc!
Rocket 3 menggendong mesin dengan kapasitas terbesar di dunia untuk roda dua, 2.500 cc! Mesin ini menghasilkan pula torsi terbesar sejagat, yakni 221 Nm @ 4.000 rpm. Mesin 3 silinder ini mampu menggelontorkan tenaga sebesar 167 hp @ 6.000 rpm atau 11% lebih besar dari generasi sebelumnya.
Bayangkan betapa dahsyat akselerasi dan performanya. Hingga saya pun berpikiran, apakah semua ini dibutuhkan untuk pemakaian sehari-hari? Mungkin ya, atau tidak sepenuhnya. Sebab Anda masih dibantu dengan sistem pengereman modern seperti cornering ABS - yang disupport oleh IMU, sehingga tetap percaya diri dengan tenaga 'badaknya' yang awas, bikin ketagihan!
Ya, cornering ABS ditancapkan sebagai fitur standar Rocket 3 R dan GT. Begitu juga cornering traction control . Peranti ini menjamin performa pengereman berlangsung optimal, meski saat motor miring habis saat melibas tikungan. Roda tetap menapak aspal dengan baik. Ini berkat dikolaborasikannya IMU atau Inertial Measurement Unit. Alat ini secara terus menerus mengukur tiap gerakan dan secara otomatis mengkomunikasikannya dengan active safety systems ini.
Gampangnya, ketika Anda terlalu cepat masuk tikungan, sensor akan membaca kecepatan dan sudut kemiringan, juga berat total motor termasuk pengendara dan barang bawaan. Secara otomatis, rem depan dan belakang yang saling terhubung ini akan bekerja dan menjaga traksi roda. Yang saya alami dan lakukan saat mengendarai motor ini, saya bahkan hanya mengoperasikan rem depan dan jarang menyentuh rem belakang.
Sasis 40 Kg Lebih Ringan
Stabilitas motor ini juga berkat kinerja sasis. Rocket 3 memakai sasis yang 40 kg lebih ringan ketimbang pendahulunya. Ditambah dengan adjustable Showa suspension, handling motor terasa super!
Ya, kedua model Rocket 3 ini dilengkapi suspensi belakang fully adjustable Showa monoshock dengan tabung piggyback reservoir (adjustable rebound, compression dan spring preload), dan fork depan adjustable Showa diameter 47 mm yang juga dilengkapi adjustable rebound dancompression.
Soal suspensi depan ini, Stuart punya penjelasan menarik. “Karena kami ingin fork depan yang tak hanya terlihat bagus dalam hal sudut, tapi juga memiliki steering yang baik pula, maka kami menerapkan beberapa trik. Sebagai contoh, sudut steering head dalam frame adalah 32 °, tapi kami gunakan komponen berbentuk kerucut pada steering head, sehingga sudut fork sekarang menjadi 28.9 °. Untuk mendapatkan trail yang benar, 134.9 mm, kami telah 'reset' sedikit sumbu depan, sehingga ada di belakang 'jantung' fork depan tersebut. jadi kami ingin menyembunyikan teknologi tinggi karena motor ini harus bekerja dengan baik dan terlihat bagus juga.”
Selama menjajal motor ini, saya terus menerus terkesima betapa mudahnya motor ini dikendalikan. Apalagi dengan ban Avon Cobra Chrome yang menempel ke dua model ini. Kabarnya, ban ini dikembangkan secara khusus untuk New Rocket 3 ini.
"Kami tidak tertarik sama sekali menggunakan ban low-profile. Justru kami tertarik dengan ban kualitas terbaik," kata Stuart Wood, yang pegang kendali di pengembangan Rocket 3 ini. "Avon telah mengembangkan ban ini secara khusus untuk Rocket, sehingga secara tampilan juga makin garang!"
Fitur Berguna Lainnya
Ada lagi fitur yang sangat bermanfaat pada Rocket 3 dan menarik perhatian saya, yakni Hill Hold Control. Fitur ini mencegah motor melorot ke belakang ketika kita berhenti di tanjakan.
Sistem ini ada pada rem belakang yang akan mendeteksi ketika motor mulai bergerak ke belakang. Anda bisa aktifkan fitur ini dengan menggunakan tuas rem. Dan Anda bisa dengan mudah mengaktifkan atau mematikan fitur ini melalui menu setting.
Selain itu ada juga fitur lain yang menarik seperti keyless system dan heated grips atau penghangat genggaman tangan yang menjadi fitur standar Rocket 3 GT, tapi juga tersedia sebagai aksesori untuk dipasang pada Rocket 3 R.
Kesimpulan
Setelah menjajal kedua motor ini, saya akhirnya sampai pada penilaian. Saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah saya ingin membeli motor ini? Jawaban saya adalah, ya! Apakah saya akan berubah pikiran? Tidak! Tapi saya hanya ingin mendengar suara lebih gahar dari knalpot yang sudah disesuaikan dengan power mesun. Saya juga kurang suka spion model bar-end seperti itu. Selain itu? Gas!!!
Minus: spion model bar-end yang menurut saya terlihat aneh. Terutama ketika Anda sedang bermanuver dengan motor ini.
Plus: torsi besar tidak ada habisnya. Juga besar power mesin yang melimpah. Handling, desain khususnya fleksibilitas dan kemudahan motor ini dinaiki. Juga melimpahnya teknologi digital.
Karakter mesin: saya berikan nilai 10 plus! Terutama soal torsi dan power mesin.
Transmisi: pindah gigi dengan baik dan tepat
Manuver: sangat bagus, terutama untuk motor seberat ini
Handling: sangat bagus untuk motor di kelas cruiser
Rem: sempurna!
Kenyamanan suspensi: sangat bagus, karena settingan sesuai dengan kepuasaan rata-rata orang
Posisi duduk: nyaman, dan terasa aktif untuk model R, sementara untuk GT terasa rileks
Suara knalpot: baik karena sudah sesuai standar Euro 5. Juga terdengar orisinal meskipun tak terlalu spektakuler. Tapi masih oke dan mudah dikenali sebagai suara motor dengan mesin 3 silinder!
Desain: sangat indah dengan banyak fitur yang berkarakter seperti hydroformed exhaust headers, tangki yang besar dan fork depan.
Finishing: sangat bagus, semuanya terpasang dengan baik, rapi, dan bersih di sepanjang frame hingga setang
Cat: bagus, ada 2 pilihan warna
Faktor wow: besar, baik dalam hal tampilan dan dalam hal karakter berkendara
Harga/kualitas: sangat sepadan bagi saya. Anda akan merasa mendapat banyak dari uang yang Anda keluarkan!
Spesifikasi Triumph Rocket 3 R & GT
Engine
Type: inline three-cylinder DOHC
Cylinder head: liquid cooled
Bore x stroke: 110.2 x 85.9 mm
Engine capacity: 2458cc
Carburation: Ride-by-wire, fuel injection
Transmission: six speeds
Rated max. power: 167 hp (123kW) at 6,000 tp / m
Specified max. torque: 221 Nm at 4,000 rpm
Claimed fuel consumption: 6.82 liters / 100 km.
Chassis
Frame: aluminum
Wheelbase: 1677 mm
Head angle: 27.9 °
Post-run: 134.9 mm
Front suspension: Showa 47mm upside-down 1 + 1 cartridge front forks, compression and rebound adjustable. 120mm travel.
Rear suspension: Fully adjustable Showa piggyback reservoir RSU with separate hydraulic preload adjuster, 107 mm wheel travel
Brakes
Front: Double 320mm discs, Brembo M4.30 Stylema 4-piston radial monobloc calipers, ABS bends
Rear: Single 300mm disc, Brembo M4.32 4-piston monobloc caliper, ABS bends
Tires
Front: Avon Cobra Chrome 150/80 ZR17 V
Rear: Avon Cobra Chrome 240/50 ZR16 V
Seat height: Rocket 3 R: 773mm / Rocket 3 GT: 750mm
Claimed empty weight: Rocket 3 R: 291 kg. / Rocket 3 GT: 294 kg
Tank capacity: 18 liters
Naskah: Onno “Berserk” Wieringa
Foto: Triumph, Onno “Berserk” Wieringa
Comments