top of page
Gambar penulisEditor

Cermati 3 Hal Berikut Ini, Untuk Hindari Masalah Teknis Saat Mudik


Saat pemaparan program Bengkel Siaga Mudik UMC Suzuki (16/5) Bambang Sugiyono, Aftersales Manager PT UMC menuturkan, “Dari pengalaman kami selama ini, sepanjang musim mudik beberapa tahun belakangan masalah yang dialami kendaraan pemudik adalah seputar kampas kopling, overheat dan rem.”


Selain karena habisnya usia pakai, problem seputar area tersebut juga disebabkan oleh kondisi jalan seperti kemacetan atau medan jalanan yang naik turun. Karena itu sebaiknya belajar untuk peka mengenali tanda-tanda sebelum masalah itu terjadi dan bagaimana mengatasinya.


Kampas Kopling (Transmisi manual)

Problem kopling kebanyakan dialami mobil bertransmisi manual.

Peran kampas kopling adalah sebagai perantara untuk memindahkan daya dari mesin ke transmisi. Masalah pada kampas kopling umumnya dikarenakan menipisnya permukaan kampas kopling. Jika tipis atau bahkan habis akibatnya tenaga mesin tidak dapat secara maksimal ditransfer ke transmisi.


“Umumnya usia pakai kampas kopling yang normal berkisar 80.000 kilometer. Tapi juga sangat bergantung dengan karakter si pengemudi. Apabila punya kebiasaan membiarkan kaki kiri menggantung di pedal kopling maka usia pakainya akan lebih singkat,” terang Bambang.


Buat pemudik, terutama ketika terjebak di kemacetan saat harus melewati medan menanjak. Usahakan hindari menggantung pedal kopling untuk mempertahankan posisi mobil. Lebih baik gunakan rem tangan, atau jika tanjakannya curam ganjal roda dengan balok kayu atau batu.


“Kampas kopling bermasalah ditandai dengan munculnya bau gosong,” ujar Bambang. Jika sudah begini sebaiknya segera minggir dan netralkan transmisi. Karena bila tetap ngotot bertahan, kendaraan justru tidak akan maju karena permukaan kampas hanya selip dan mesin pun dapat mengalami overheat karena tidak mendapatkan pendinginan optimal.


“Di Bengkel Siaga kami selalu menyiapkan part ekstra sampai 2 kali stok untuk kampas kopling set,” terang Bambang.


Overheat

Cek reservoir radiator, pastikan volumenya tidak melebihi batas maksimal yang tertera di tabung.

Selain air radiator yang perlu diwaspadai dari sistem pendinginan mesin adalah kipas. Pasalnya kipas pendingin di mobil-mobil saat ini sudah elektrik.

Motor fan bisa sewaktu-waktu mati, waspada jika odometer sudah berada di atas 50.000 kilometer dan belum pernah melakukan penggantian motor fan.

“Kipas elektrik tidak bisa diprediksi kapan akan mati, bisa mati kapan saja,” pesan Bambang. Namun odometer kendaraan setidaknya bisa jadi acuan, “Umumnya kipas elektrik mengalami kerusakan di 60.000-70.000 kilometer,” sebutnya. Jadi kalau mobil kalian sudah menempuh jarak itu dan belum pernah menggantinya maka sebaiknya waspada.


Kerusakan kipas elektrik biasanya disebabkan karena borstel habis. Indikasinya putaran kipas gak lagi kencang. Selain borstel, mulai ausnya laher pada motor kipas juga bisa jadi sumber kerusakan.


“Indikasinya saat berputar terlihat oblak. Kalau sudah seperti ini umumnya jarak tempuh tidak akan bertahan lebih dari 5.000 kilometer,” kata Bambang.


Nah apabila mengalami indikasi tersebut akan lebih aman untuk mematikan AC untuk mengurangi beban kerja kipas pendingin. Karena saat AC bekerja, kipas harus berputar lebih kencang untuk mendinginkan kisi radiator dan kisi kondensor AC.


Rem (Transmisi Otomatis)

Kampas rem mobil bertransmisi otomatis lebih cepat habis, rem berbunyi jadi salah satu ciri kampas rem telah tipis.

Kebalikan dengan kampas kopling, problem seputar sistem rem banyak dialami di jalanan menurun terutama pada kendaraan-kendaraan bertransmisi otomatis.


“Di mobil matik, umumnya pengemudi mengandalkan rem untuk proses deselerasi. Sebaiknya gunakan juga fitur pada transmisi untuk mengurangi laju kendaraan khususnya di jalanan yang menurun,” tutur Bambang.


Saat melewati jalanan menurun, untuk mobil dengan transmisi otomatis konvensional atau CVT hindari memosisikan tuas transmisi pada posisi D. Segera posisikan pada angka 2 atau L agar posisi gigi tidak justru berpindah ke posisi yang lebih tinggi.


Jika transmisi otomatis sudah dibekali mode manual maka geser ke posisi manual dan letakkan pada posisi gigi di mana kita dapat merasakan engine brake sehingga kerja rem tidak terlalu berat.


Tanda-tanda rem bermasalah adalah munculnya kondisi hampa saat pedal rem ditekan. Jika biasanya pedal rem ditekan sedikit rem sudah bereaksi, nah kondisi itu tidak terjadi.

Pastikan volume cairan rem tidak kurang dari batas minimal, bila melakukan penambahan pastikan spesifikasinya sesuai yang tertera di tutup tabung reservoirnya. Umumnya sih DOT3/4.

Hal itu karena cairan rem pada system rem sudah mendekati atau bahkan sudah mendidih dan berubah wujud tak lagi cair melainkan buih. Apabila diteruskan rem bisa blong.


Segera hentikan kendaraan, biarkan cairan rem pada sistem rem dingin secara natural maka sistem rem akan kembali bekerja normal.


Naskah & foto : Nugroho Sakri Yunarto

Komentar


bottom of page