Sukses dengan produksi partaian (batch) pertama yang sold out di bulan April kemarin, PT Jericho Komposit Indonesia sebagai produsen helm SNI berbahan serat karbon merek Jericho, kini siap bersaing dengan merek luar negeri. Tidak tanggung-tanggung, helm yang diklaim kuat laksana baja, dan ringan seperti bulu sebagaimana tagline 'Strong Like Steel, Light As A Feather' ini diproyeksikan bakal mampu menyaingi merek-merek helm impor yang sudah punya nama besar, seperti Arai, Shoei, Bell, atau Simpson.
PT Jericho Komposit Indonesia sudah mengantongi sertifkat SNI nomor 1811:2007, dan ISO 9001:2015.
Hal ini disampaikan Djoko Iman Santoso selaku Director of Sales & Marketing Jericho Helmets kepada OTOPLUS-ONLINE. "Pertengahan tahun depan, kami punya target untuk mampu bersaing dengan helm produk luar negeri. Untuk itu, kami akan mengikuti serangkaian tes supaya bisa mendapatkan sertifikat dari lembaga standarisasi uji kualitas SNELL, DOT, ECE," buka Iman, sapaan pria kelahiran Surabaya yang kini bermukim di Jakarta tersebut, sambil menjelaskan, sebelumnya PT Jericho Komposit Indonesia sudah mengantongi sertifkat SNI nomor 1811:2007, dan ISO 9001:2015.
Dipercaya oleh beberapa universitas terkemuka di Indonesia untuk memproduksi sasis ringan mobil hemat energi, dengan bahan dasar 100% dari serat karbon.
Sebagai info, perusahaan yang beralamatkan di Jl. Kutisari Selatan I No. 12, Surabaya ini telah memulai aktivitas riset dan pengembangan CFRP (Carbon Fiber Reinforced Plastic) untuk modifikasi otomotif sejak 2012, sehingga kemudian dipercaya oleh beberapa universitas terkemuka di Indonesia untuk memproduksi sasis ringan mobil hemat energi, dengan bahan dasar 100% dari serat karbon.
Tak hanya itu saja, perusahaan ini terus berkembang dengan merintis divisi FRP (Fiber Reinforced Plastic) untuk menyuplai suku cadang OEM beberapa perusahaan di Indonesia.
Kembangkan sayap sebagai produsen helm karbon yang ringan tapi tetap aman sesuai SNI dengan hargau terjangkau.
"Hingga akhirnya pada 2018, kami ingin memiliki sebuah produk yang dapat mengekspresikan keunggulan dari inti usaha kami, yakni serat karbon. Dari sini muncul ide untuk memproduksi helm karbon yang ringan tapi tetap aman sesuai SNI, namun dengan harga terjangkau," papar Iman yang juga adalah ketua INCREASE (Indonesia Creative Automotive Society) Indonesia, sebuah asosiasi di bidang industri kreatit otomotif.
Djoko Iman Santoso selaku Director of Sales & Marketing Jericho Helmets.
Sejalan dengan upaya untuk go international ini, dalam waktu dekat Jericho Helmets yang telah memperkenalkan produknya pada April kemarin, akan menggunakan QR Code untuk semua produk unit helm yang akan diproduksi pada batch ke-2 akhir Juli nanti,
"Ini sudah menjadi peraturan baru dari Balai Sertifikat Nasional. QR Code wajib ada di semua unit helm karena sekarang ini banyak helm SNI bodong," jelas Iman. Dari sini diharapkan konsumen mewaspadai stiker maupun logo emboss SNI abal-abal yang banyak beredar.
Karena berbahan serat karbon, bobot helm ketika ditimbang hanya seberat 400 gram (paling ringan), dan 1.400 gram (paling berat) tergantung model.
"Jadi lewat QR Code ini, konsumen bisa langsung scan QR Code menggunakan HP. Setelah di-scan, nanti akan keluar info, apakah label SNI-nya sah atau tidak," jelas Iman sambil menambahkan info yang akan keluar nanti seperti produk helm ini terdaftar atas nama PT apa? Berapa nomor SNI-nya? Dan bahkan juga ada copy sertifikatnya. Dari sini, konsumen akan merasa aman karena produk helm yang yang dibeli sudah sesuai dengan SNI beneran."
Dan saat disinggung kemungkinan Jericho Helmets bakal berubah menjadi pabrik manufaktur helm khusus karbon di Indonesia, Iman mengatakan, pihaknya berusaha akan terus fokus ke skala UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).
Ragam model Jericho Helmets yang dipasarkan secara terbatas dengan range harga Rp 1.700.000 – 2.500.000. Relatif terjangkau untuk helm karbon.
"Sebab ini terkait dengan strategi marketing kami yang akan memproduksi helm karbon dengan harga terjangkau, tapi mampu melakukan penetrasi ke market high end, yang saat ini dikuasai brand luar negeri seperti Arai, Shoei., Bell, Simpson. Terutama untuk model retronya," tutur Iman.
Nah dengan membawa harga di level middle rentang Rp 1.700.000 – 2.500.000 ini, Iman yakin konsumen yang menjadi target market mereka akan mulai dulu mencobanya. Setelah tertarik, baru muncul keinginan untuk membeli.
Beberapa aksesori helm masih impor demi menyesuaikan standar kualitas. Kecuali visor (paling atas) yang sudah disuplai GEBA Bandung. Diharapkan ada UMKM lokal lain yang bisa menjadi vendor.
"Dari sinilah status kami sebagai UMKM akan memainkan peran yang besar. Ketika orang pada cari-cari, helm kami justru enggak mudah didapatkan. Sehingga kemudian muncul value dan nilai eksklusif pada helm kami," ungkap jebolan pendidikan bisnis di Edwards College, Perth Australia serta Graphic Design Interstudi Jakarta yang pernah dikenal sebagai orang nomor satu di Monochrome Cycle, sebuah bengkel modifikasi motor besar yang dulu bermarkas di Kelapa Gading dan Kawasan SCBD Sudirman, Jakarta ini.
Dengan kualitas terjaga dan harga terjangkau diharapkan konsumen bangga dengan produk dalam negeri.
Dan ketika permintaan dan rasa penasaran konsumen ini makin berkembang, urusan harga jadi mudah dikendalikan. "Kalau barang sudah banjir duluan, mau ngapa-ngapain bakal susah. Terutama ketika ada kenaikan harga seandainya nanti kita sudah go international. Sebab biaya produksi kami pasti juga akan ikut naik."
Sebagai gambaran, produksi maksimal untuk Jericho Helmets ini ada di kisaran 100 – 150 unit tiap bulannya. "Tapi kami menargetkan untuk 3 bulan pertama, cukup 50 unit dulu. Sebab banyak yang harus kami perhatikan. Terutama harus konsisten dalam hal quality control dan kualitas produk secara keseluruhan," tutup Iman sambil menginfokan produksi Jericho Helmets ini masih dilakukan semi manual alias semi-handmade.
Teks: Indramawan
Foto: Jericho Helmets
Comentarios