Ini Alasan Isuzu Dukung Pemerintah Tunda EURO4 Hingga 2022
- Editor
- 16 Jul 2020
- 2 menit membaca

Apabila EURO4 tidak ditunda, tentu akan memberatkan para pebisnis di tengah pandemi COVID-19. Karena biaya investasi untuk penggantian seluruh armada tidak akan murah.
Terkait pandemi COVID -19, Pemerintah mengambil langkah menunda implementasi EURO4 pada kendaraan niaga yang semula direncanakan pada April 2021, menjadi April 2022. Hal ini didasari pada loyonya ekonomi, yang dikhawatirkan akan berisiko membuat pebisnis enggan berinvestasi pada kendaraan niaga.
Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) sebagai bagian dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, menyetujui langkah pemerintah, melakukan penundaan penerapan kebijakan EURO4.
PT IAMI sebagai perusahaan manufaktur kendaraan niaga, tetap mendukung aturan pemerintah pada penerapan implementasi EURO4. Karena dalam kondisi jangka panjang, aturan tersebut akan meningkatkan daya saing industri otomotif Indonesia di level global.
Ditundanya EURO4 ini dari sisi pengusaha bak sedikit angin segar di masa pandemi COVID-19. Mengingat sebagai partner pengusaha, Isuzu Indonesia turut merasakan apa yang dihadapi para pengusaha.
Apabila EURO4 tidak ditunda, hal itu tentu akan memberatkan para pebisnis. Karena biaya investasi untuk penggantian seluruh armada tidak akan murah.

Isuzu sendiri telah memperkenalkan teknologi mesin commonrail yang menjadi standard EURO4, di unit Isuzu Giga.
Isuzu sendiri telah memperkenalkan teknologi mesin commonrail yang menjadi standard EURO4, di unit Isuzu Giga. “Varian ini adalah medium truk pertama di Indonesia yang sudah menggunakan mesin commonrail yang ready EURO4,” kata Ernando Demily Presiden Direktur IAMI.
Ernando menegaskan, saat ini Isuzu terus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, agar pada saat implementasi EURO4 berlangsung seluruh ekosistem Isuzu telah siap.
“Yang pasti, sejak pemerintah mengatakan akan mengimplementasi EURO4, maka kami segera bersiap diri. seluruh engineer kami di Indonesia bekerja sama dengan prinsipal kami di Jepang segera mempersiapkan produk yang sesuai,” tambahnya.
Selain EURO4, IAMI juga mencoba kembali memetakan perubahan signifikan, terkait regulasi pemerintah yang mempengaruhi usaha di segmen kendaraan komersial di Indonesia.
Perubahan signifikan tersebut mencakup antara lain adanya penerapan tegas regulasi anti ODOL (Over Load, Over Dimesion) dan implementasi bahan bakar bio solar B30.
Bila ditilik sejenak ke belakang, regulasi anti ODOL sebenarnya bukanlah ‘barang’ baru. Tetapi dengan tumbuhnya ketegasan pemerintah untuk mengatasi kendaraan niaga yang ODOL merupakan sebuah indikasi.
Ya, indikasi kalau pemerintah kian serius menciptakan ekosistem sehat bagi pebisnis, maupun keselamatan pengendara di jalan raya. Walaupun dengan ditegaskannya penerapan aturan anti ODOL, dari sudut padang pengusaha truk akan menambah beban operational dan tarif dasar logistik.
Alhasil, para pengusaha harus mencari cara, untuk dapat mengefisienkan biaya kepemilikan dan operasional kendaraan niaga.
Selain itu, pemerintah juga telah menerapkan implementasi bahan bakar solar B30 pada kendaraan niaga. Meski adanya kebijakan ini cukup membuat para pengusaha khawatir, pada kondisi kendaraan niaga yang mereka gunakan.
Menyikapi hal itu, Isuzu juga telah melakukan studi serta penyesuaian. Dan dengan lugas, sekaligus mempromosikan diri, Isuzu menyatakan bahwa unitnya siap untuk menggunakan bahan bakar B30, selama tetap dilakukan perawatan berkala.
Teks: Setiawan AS
Foto: Isuzu Astra
Comments