Efek Negatif Konsumsi BBM Tak Sesuai Spesifikasi
- Editor
- 13 Mar
- 2 menit membaca
Muncul gejala loyo, boros BBM dan timbunan kerak di ruang bakar.

OTOPLUS-ONLINE I Terungkapnya kasus korupsi pengadaan BBM Pertamina jenis Pertamax yang dilakukan Pertamina Patra Niaga oleh Kejaksaan Agung membuka bobrok Pertamina sekaligus menjawab keluhan sebagian anggota masyarakat selama ini mengenai kualitas BBM Pertamina khususnya Pertamax.
Seperti yang pernah viral akhir November 2024 lalu ketika puluhan mobil mogok setelah melakukan pengisian BBM jenis Pertamax di salah satu SPBU Pertamina di kota Cibinong, Jawa Barat.
Beberapa kasus mogok bahkan kerusakan mesin rupanya juga banyak terjadi di daerah-daerah lain.
Kejagung menduga Pertamina Patra Niaga telah menjual Pertamax rasa Pertalite itu sejak 2018.
Jadi selama bertahun-tahun masyarakat dikibuli membeli Pertalite dengan harga Pertamax.
Temuan kasus yang menghebohkan ini jelas merugikan konsumen pemilik kendaraan di Tanah Air.
Pasalnya mesin kendaraan mereka dipaksa bekerja dengan asupan BBM yang tidak sesuai spesifikasi mesin.
Seperti kita ketahui Pertaline memiliki RON 90 sementara Pertamax seharusnya memiliki RON 92.
Untuk mobil dengan mesin yang memiliki rasio kompresi di bawah 10:1 masih aman mengonsumsi Pertalite beroktan 90.
Tapi jika rasio kompresi mesin berada di atas 10:1 sampai 13:1 seperti mobil-mobil Peugeot seri 2008, 3008, 5008 maka bensin yang diisikan minimal harus beroktan (RON) 92 seperti Pertamax.

Umumnya, untuk menaikkan oktan, bensin yang merupakan senyawa hydrocarbons akan ditambahkan Methyl Tertiatry Buthyl Ether (MTBE).
Di Indonesia MTBE mulai digunakan pada tahun 1990 menggantikan aditif Tetra Ethyl Lead (TEL) yang secara ilmiah terbukti memicu kanker.
Ketika mesin mengasup bensin di bawah standar ketentuannya, umumnya akan terjadi knocking atau detonasi.
Meski mobil-mobil modern sudah dilengkapi dengan perangkat anti-knocking, proses pembakaran yang tidak sempurna tetap terjadi karena mesin dipaksa menyesuaikan waktu pengapian sesuai asupan bahan bakar.
Alhasil, mesin terasa loyo dan membuat performanya tidak optimal.
Pengemudi jadi lebih sering menginjak throttle lebih dalam untuk mengail tenaga yang lantas berujung boros bahan bakar dan lantas memicu terjadinya penumpukan karbon di saluran masuk, katup dan ruang bakar.

āAgar persoalan seperti ini tidak terjadi sebaiknya selalu gunakan BBM sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan oleh pabrikan. Namun bila telanjur sengaja mengonsumsi atau terindikasi tertipu dengan Pertamax oplosan, dengan segala indikasi di atas, sebaiknya lakukan pemeriksaan sekaligus servis di bengkel resmi untuk memulihkan kondisinya,ā jelas Rafi'i Sinurat, Kepala Bengkel Astra Peugeot Sunter Jakarta.
Teks & Foto: Nugroho Sakri Yunarto
Comments