top of page
Gambar penulisEditor

Jajal Suzuki TS 125 ER 2004, Trail Legendaris Suzuki yang Masih Banyak Diburu Hingga Kini

Saat ini harga Suzuki TS 125 ER 2004 di pasaran bisa sampai menyentuh di angka Rp35-45 juta tergantung kondisi.

Suzuki TS 125 ER keluaran tahun 2004 milik Sukarno, penggemar offroad di Desa Gabus, Kota Pati


OTOPLUS-ONLINE | Akhir pekan lalu OTOPLUS-ONLINE menyempatkan diri untuk berkunjung ke Sukarno, salah satu kawan lama yang kebetulan satu hobi bermain offroad yang tinggal di Kota Pati, tepatnya di Desa Gabus.


Sesampai di kediaman Karno, alih-alih mau ngobrol panjang dan diskusi soal seputar dunia offroad adventure, pandangan OTOPLUS-ONLINE malah terpukau oleh sesosok penampakan. Bukan makhluk halus atau sebangsanya loh Sob. Tapi sebuah motor trail legendaris lansiran Suzuki seri TS 125 keluaran tahun 2004.

Suzuki TS pernah jadi motor andalan tim reaksi cepat (buser) aparat kepolisian


Motor yang bisa digunakan di segala medan ini, pertama masuk Indonesia pada 1993 dan menjadi salah satu senjata PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) untuk merebut hati bikers di tanah air. Model yang masuk ke Indonesia adalah TS 125 ER.


Dan memang benar, motor ini cepat merebut hati bikers Tanah Air era kala itu. Bahkan sampai kini motor ini masih menjadi buruan para kolektor dan pehobi trail.

Aksesori berupa headlight extra LED untuk bantu penerangan di perjalanan malam hari, tas tambahan untuk wadah HP, uang dan pernik kecil lainnya, serta saddle bag 15 liter kanan-kiri cukup untuk bawa bekal 3 hari perjalanan


“Enam tahun lalu (2016) saya dapat motor ini seharga Rp17 juta, tapi saat ini harga TS di pasaran bisa sampai menyentuh di angka Rp35-45 juta tergantung kondisi”, ungkap Karno, yang memilik 2 unit Suzy TS di garasi miliknya.


Tak hanya harganya yang wow.. Motor ini juga rada susah dicari di pasaran. “Bukan karena langka, banyak populasinya tapi tak banyak juga yang mau melepasnya karena sudah jadi collectible item”, imbuh pria yang gemar bertualang bersama keluarganya ini.

Berkubikasi 123 cc dua langkah dengan tenaga 13 hp di 7000 rpm dan torsi 9.8 ft-lbs pada 6,500 rpm membuat motor ini terasa nyaman dan powerful ketika diajak melibas tanjakan ataupun turunan


OTOPLUS-ONLINE pun langsung meng-iyakan saat Karno menawarkan untuk menjajal motor trail ini. Gak pake lama OTOPLUS-ONLINE pun membejek dan mengarahkan tujuan ke wilayah Pati Utara yang notabene wilayah perbukitan di lereng Gunung Muria. Dan yang pasti banyak landscape view yang menarik.


Berkubikasi 123 cc dua langkah dengan tenaga 13 hp di 7000 rpm dan torsi 9.8 ft-lbs pada 6,500 rpm membuat motor ini terasa nyaman dan powerful ketika diajak melibas tanjakan ataupun turunan.



Fork depan model teleskopik yang tinggi dan monosok di sektor belakang membuat suspensi jadi terasa nyaman saat melalui jalanan tanah, makadam, berbatu, dll. Swing arm juga telah dibuat menggunakan bahan alumunium yang ringan dan kokoh.


Apalagi dengan tinggi motor 1100 mm (43.3 in) dan jarak Mesin ke Tanah sekitar 235 mm (9.25 in) membuat OTOPLUS-ONLINE makin pede nge-gas di jalanan berbatu tanpa takut nyakut atau mentok.



Di sektor mesin, TS 125 ER telah dibekali dengan reed valve system atau yang lebih dikenal dengan katub buluh. Berbeda dengan versi sebelumnya yang masih menggunakan tipe rotary valve. Selain itu, sistem transmisi juga sudah 6-speed yang membuat tenaga lebih merata disetiap putaran mesin.


FYI, karena handlingnya yang ringan dan lincah untuk diajak bermanuver, Suzuki TS kala itu juga sempat jadi motor andalan tim reaksi cepat (buser) aparat Kepolisian. Salah satu yang menarik adalah Tim Buser Polrestabes Semarang yang juga membesut Suzuki TS dan sangat ditakuti oleh pelaku kejahatan.



Sayangnya tahun 2005 menjadi tahun terakhir produksi motor legendaris ini. Isu yang beredar tentang dilarangnya produksi motor 2-tak di Indonesia kala itu, membuat Suzuki menghentikan produksi TS 125 ER.

Sampai di destinasi Waduk Gembong


Nah, kembali ke impresi OTOPLUS –ONLINE menjajal motor ini. Setelah menempuh kurang lebih 1,5 jam perjalanan, sampailah saya di destinasi yang saya tuju, Waduk Gembong. Dikenal juga dengan nama Waduk Seloromo, waduk yang terletak di Desa Selorejo, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati dibangun pada masa penjajahan Belanda (sekitar tahun 1930-1933).



Waduk ini mengairi lahan pertanian (sawah) seluas 4.959.00 hektar di Kecamatan Gembong, Wedarijaksa, Tlogowungu, dan Pati. Selain itu, warga setempat juga memanfaatkannya untuk budidaya air tawar yang dapat menambah perekonomian warga sekitar.

Nelayan pencari ikan adalah pemandangan yang selalu mewarnai waduk ini


Selain itu juga karena pemandangan alamnya yang indah karena berlatar belakang Gunung Muria, waduk ini juga jadi jujugan untuk berwisata menikmati alam.


Teks dan Foto: djansen



Kommentare


bottom of page