top of page
Gambar penulisEditor

Little Netherlands, Lokasi Favorit Komunitas Otomotif dan Goweser


"Kita akan lebih puas menikmati kawasan kota lama ini dengan menyusur lorong-lorong kecilnya yang bersih dan tertata rapi menggunakan sepeda. Selain berolah raga juga untuk menikmati keindahan Kota Lama di pagi hari..."

Mengunjungi Kota Semarang, tak lengkap rasanya kalau tak mampir di Kota Lama. Sebuah kawasan berjuluk Little Netherlands yang penuh dengan bangunan-bangunan era kolonial, yang rata-rata sudah berusia 200-300 tahun.

  • Sungai Mberok, sarana penghubung transportasi dari pantai dan daratan.

Bangunan-bangunan inilah yang kerap dijadikan obyek wisata dan spot fotografi berbagai komunitas. Termasuk komunitas motor dan mobil yang kerap menjadikan kawasan ini sebagai lokasi kopdar favorit mereka.


Beberapa titik bahkan kerap dijadikan sebagai spot pemotretan Pre Wedding, iklan, bahkan syuting film karena landscape bangunan heritage-nya yang menawan.

  • Salah satu spot favorit komunitas gowes Gobar Gaber 535 di Kota Lama.

Selain itu, tak ketinggalan komunitas gowes yang kerap ditemukan menyusuri Little Netherlands. "Rata-rata hampir semua pesepeda gemar selfie di tempat yang hits dan upload photo-photo mereka di sini di medsos", ujar Ridho Fahrur Rois, goweser komunitas Gobar Gaber 535.


Nah, ditemani komunitas Gowes Gobar Gaber 535 dan Komunitas Sepeda Lipat Semarang (Komselis), kali ini OTOPLUS-ONLINE diajak menikmati keindahan Netherlands Kecil ini dengan menggunakan sepeda.

  • Lorong eksotis bernuansa kolonial memang lebih enak disusuri pagi hari dengan menggunakan sepeda.

Kenapa dengan sepeda? "Karena kita akan lebih puas menikmati kawasan kota lama ini dengan menyusur lorong-lorong kecilnya yang bersih dan tertata rapi menggunakan sepeda. Selain berolah raga juga untuk menikmati keindahan Kota Lama di pagi hari", tutur Marco Dhony, goweser Komselis.

  • Setiap hari Minggu, kawasan ini dipenuhi oleh goweser warga Semarang dan sekitarnya.

Selain itu, saat weekend, kawasan ini memang kerap jadi jujugan para pegowes. Bisa dipastikan terutama setiap hari Minggu, kawasan ini dipenuhi oleh warga Semarang dan sekitarnya yang ber-olah raga dengan sepeda ataupun jogging, atau sekedar jalan-jalan saja.

  • Jalanan rapi dan asri dengan tegel, bukan aspal serasa membawa kita ke ruang dan waktu berbeda.

Masuk di kawasan kota lama, seolah kita dibawa masuk ke dalam mesin waktu. Mata kita akan dimanjakan pleh keindahan gedung-gedung bersejarah peninggalan zaman Belanda. Dan yang menarik, banyak yang masih dalam kondisi terawat sangat baik dan berfungsi normal.

  • Gedung Marba pernah jadi satu-satunya toko modern di era kolonial bernama De Zeikel.

Beberapa di antaranya bahkan masih digunakan untuk perkantoran. Seperti misalnya Gedung Balai Kota, kemudian gedung Gouvernements yang awalnya adalah gedung Societiet De Harmonie, kini menjadi Bank Mandiri KC Mpu Tantular, Gereja Blenduk, dan lain-lain.


Kawasan ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad. Tercatat dii tempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kokoh di kawasan yang luasnya sekitar 31 hektar ini.


Kelar gowes mengitari kawasan ini, tak lengkap rasanya kalo kita tak icip-icip kuliner khas Semarang. Yup.. lumpia Semarang. Ini adalah makanan semacam rollade yang berisi rebung, telur, dan daging ayam atau udang yang merupakan makanan tempo dulu perpaduan rasa antara Tionghoa dan Indonesia.

  • Lumpia menjadi makanan khas Semarang yang merupakan perpaduan antara citarasa Tionghoa dan Indonesia.

Dan masih banyak lagi kuliner khas Semarangan lainnya yang dijamin bakal memanjakan lidah sobat sekalian macam tahu gimbal, bandeng presto, dan lain-lain. Sampai jumpa di destinasi selanjutnya.


Baca juga:

Teks: dJansen

Foto: Dwi Prakoso

Commenti


bottom of page