top of page
  • Gambar penulisEditor

Mengenal Transmisi AGS Suzuki Ignis yang Dikembangkan Bersama Ferrari (2 - Habis)


Pada artikel sebelumnya, kita sudah bahas mengenai apakah itu Auto Gear Shift itu. Sekarang, mari kita ikuti bagaimana hasil riding impression OTOPLUS-ONLINE terkait dengan aplikasi AGS ini pada pemakaian sehari-hari dan luar kota.


Suzuki Ignis menggunakan mesin berkode K12M setipe dengan milik Suzuki Splash. Meski tenaga yang dihasilkan dari mesin berkapasitas murni 1.197 cc ini hanya sebesar 83 ps (81,86 dk) namun terasa cukup bertenaga untuk menghela crossover berbobot kosong 860 kilogram ini. Sebagai perbandingan, pesaingnya yang sama-sama berada di kelas 1,2 liter seperti Honda Brio memiliki mesin bertenaga 90 ps (88,76 dk) dan Toyota Agya atau Daihatsu Ayla 1.2 tenaganya 88 ps (86,8 dk).

Mesin terasa fleksibel di jalanan dalam kota maupun luar kota dengan Konsumsi bahan bakarnya pun luar biasa irit. Dari pengetesan kami Ignis AGS bisa meraih 22,3 km/liter untuk rute tol dan 17,8 km/liter untuk rute dalam kota dengan kecepatan rata-rata 25 km/jam.


Transmisi akan berfungsi otomatis sepenuhnya pada posisi D. Perlakuannya sama dengan transmisi otomatis pada umumnya. Saat akan menghidupkan mesin, posisikan tuas transmisi di N lalu tekan pedal rem untuk menghidupkan mesinnya. Di posisi D, gigi akan berpindah naik ketika takometer bersiap menyentuh angka 2.000. Itu jika pengemudi merunut secara halus pedal gas. Jika dibejek keras, gigi baru akan berpindah di 3.500 rpm.


Perpindahan gigi relatif halus, hanya terasa ada jeda sesaat sebelum posisi gigi berpindah naik. OTOPLUS-ONLINE kasih kiat nih untuk menghilangkan gejala itu. Caranya angkat telapak kaki sesaat sebelum takometer menyentuh 2.000 atau 3.500 rpm, saat gigi telah berpindah segera injak pedal gas. Perlakuan angkat-injak, persis sama seperti ketika kita akan melakukan pergantian gigi di transmisi manual. Perlakuan angkat-injak ini juga diterapkan ketika menggunakan mode manual ketika menaikkan gigi.

Jeda sesaat sebelum posisi gigi berpindah naik bisa dihilangkan dengan cara angkat telapak kaki sesaat sebelum takometer menyentuh 2.000 atau 3.500 rpm, saat gigi telah berpindah segera injak pedal gas.


Nah saat diposisikan di mode manual, maka karakternya tak ubahnya mobil dengan transmisi manual konvensional. Kita dapat melakukan perpindahan gigi sesuai putaran mesin yang diinginkan. Perpindahan gigi akan terasa lebih cepat jika menerapkan metode angkat-injak pedal gas ketimbang menekan terus pedal gasnya.


Pada posisi manual, pengemudi juga dapat mengontrol deselerasi sesuai kebutuhan dan karakter mengemudi, seperti saat melintas di jalan menurun atau saat memerlukan pengereman mendadak.

Pada mode otomatis, karena putaran mesin bisa dijaga rendah berdampak pada efisiensi bahan bakar.


Transmisi AGS terasa memudahkan pada penggunaan di rute-rute dalam kota yang karakter lalu lintasnya stop and go. Rasa berkendaranya tak ubahnya mengendarai mobil bertransmisi otomatis sejati. Kalau perlu keagresifan tinggal menggeser shiftknobnya ke mode manual. Asyiknya pada mode otomatis, karena putaran mesin bisa dijaga rendah berdampak pada efisiensi bahan bakar. Di rute dalam kota dengan kecepatan rata-rata 25 km/jam kami bisa meraih konsumsi BBM 17,8 km/liter (MID).


Lalu bagaimana rasanya kalau mobil ini dipakai ke luar kota? Untuk mengetahuinya kami membawanya melintas tol trans jawa lalu menuju Kediri dengan membopong 4 penumpang untuk memahami karakternya bila diisi penumpang penuh.

Mengangkut 4 penumpang untuk memahami karakter mobil bila diisi penumpang penuh.


Dengan bobot beban sekitar 350 kg, (termasuk bahan bakar penuh 32 liter) kami tidak merasakan mesinnya kepayahan saat diajak berakselerasi mendahului truk-truk yang mulai meramaikan tol trans jawa setelah beberapa waktu saat puncak pandemi Covid-19 lalu cuti melintas. Memang, kalau ingin lebih responsif geser ke posisi manual namun setelah jalan di hadapan kembali lengang, geser kembali transmisi ke mode otomatis.


Cruising santai 80 km/jam pada posisi gigi 5 takometernya menunjukkan angka 2.300 dan ketika cruising pada kecepatan 100 km/jam takometer berada di 3.000 rpm. Cakepnya, intrusi suara angin atau ban pada kecepatan itu terdengar minim. “Kabinnya kedap nih, suara angin yang biasanya masuk di kecepatan 80 km/jam ke atas tidak terdengar,” kagum Firman, sahabat OTOPLUS-ONLINE yang join di sesi pengetesan ini.

Kabin Lega

Fiturnya kenyamanan dan keamanannya termasuk lengkap, selain sepasang airbag Ignis juga telah dibekali jok dengan pengait ISOFIX untuk child seat.


Secara dimensi sebenarnya Ignis tidak lebih besar dari rivalnya seperti Honda Brio atau Toyota Agya. Dimensi panjang misalnya, Ignis memiliki dimensi panjang 3.700 mm sementara Brio 3.800 mm dan Agya 3.660 mm. Begitu juga dimensi lebarnya. Lebar Ignis varian GX ini 1.690 mm sedangkan Brio 1.680 mm dan Agya 1.600 mm. Tapi tingginya Ignis unggul dari Brio maupun Agya. Dimensi tinggi Ignis mencapai 1.595 mm, Brio hanya 1.485 mm dan Agya 1.520 mm.

Legroom penumpang belakang terasa memadai untuk perjalanan jauh.


Efeknya bisa langsung dirasakan oleh penumpang baik di baris depan maupun belakang. “Selain ruang kepala, ruang kakinya juga lega. Ditambah ukuran jendela cukup besar memberi view yang luas. Gak ngira kalau ruang kabinnya ternyata lega,” kata Firman, yang sehari-hari menggunakan Nissan Grand Livina.

Pengendalian

Walau postur dan ground clearance-nya tinggi, stabilitasnya tergolong baik saat diajak melaju di jalan bebas hambatan.


Dengan dimensi tinggi menyentuh 1.595 mm dan ground clearance 180 mm persepsi awal yang muncul di benak OTOPLUS-ONLINE ketika akan mengendarainya, limbung gak ya kalau diajak menikung kencang? Ternyata persepsi kami salah. Ignis telah menggunakan platform generasi terbaru dari Suzuki yang dinamai Heartec. Platform ini menawarkan rigiditas rangka namun ringan untuk efisiensi bahan bakar lebih baik plus performa lebih baik pada karakter pengendaraan, menikung serta pengereman.

Kami mengajaknya menyusuri jalan tol Surabaya-Kertosono untuk mengenal karakter transmisinya di rute luar kota.


Roy Akbari yang mendapat kesempatan mencicipi impresinya pada perjalanan balik dari Kediri mengkategorikan kalau Ignis termasuk fun to drive. “Gerakan kemudi mantap tidak terlalu enteng dengan karakter redaman suspensi yang cenderung firmly (tegas). Diajak bermanuver mudah dan nurut namun tetap stabil saat dipacu kencang,” urainya.


Karakter itu disumbang oleh beberapa variable di antaranya jarak sumbu roda yang termasuk panjang untuk kelasnya, 2.435 mm. Ignis lebih panjang 30 mm dari wheelbase Brio tapi masih lebih ringkas 15 mm dari Agya. Variabel lain yakni ukuran roda yang menggamit ukuran 175/65R15 inci.

Fitur Istimewa

  • Varian GX dibekali LED Projector Headlamps dengan LED DRL.

  • Roofrail merupakan standar bawaan varian GX.

Iwan Desy yang memilih jadi penumpang selama perjalanan mengapresiasi fitur yang disodorkan Ignis khususnya varian GX yang kami pinjam dari UMC Suzuki Mayjen Sungkono, Surabaya ini.

  • Dengan fitur keyless entry system, cukup kantongi kunci, buka pintu cukup dengan menekan tombol kecil di handel pintu.

  • Panel yang dicat berbeda ini bisa kalian modifikasi sendiri sesuai selera kalian. Pasang waterprint bergambar misalnya.

Seperti keyless entry & push start/stop button, head unit-nya memiliki koneksi USB, AUX dan Bluetooth yang dapat dikontrol melalui lingkar kemudi juga fungsi Auto pada sistem AC yang dapat membantu mengatur temperatur suhu di dalam kabin.

  • Steering switch control untuk mengontrol audio dan telefoni.

  • Head unit seharusnya bisa diganti lebih besar karena bingkainya terlihat terlalu lebar.

  • Kontrol AC lengkap dengan fitur Auto juga pengatur arah hembusan ke kaca depan dan belakang.

“Tempat penyimpanan seperti console cup holder juga ada di setiap sisi pintu dengan kapasitas bagasi yang juga cukup besar,” tuturnya sembari memasukkan sekantong besar oleh-oleh tahu takwa Kediri.


Teks & Foto: Nugroho Sakri Yunarto

bottom of page