top of page
  • Gambar penulisEditor

Otoplus Online Trip: Akhir Pekan Ke Mata Air Umbulan Bersama Kawasaki Versys 650


  • Ergonominya baik, tidak melelahkan untuk perjalanan jauh.

Mendengar kata Umbulan, warga Jawa Timur khususnya yang tinggal di sekitar Surabaya dan Sidoarjo mungkin akan langsung terbayang sebuah mata air yang memancarkan air bening, dingin dan segar. Mata air Umbulan terletak di Desa Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan. Lokasinya berjarak sekitar 90 kilometer dari Kota Surabaya.

  • Kolam reservoir utama sumber mata air Umbulan.

Mata air itu pertama kali ditemukan Belanda pada tahun 1915, pengelolaannya bahkan sudah dilakukan sejak tahun 1917 oleh Inlando Water Bedrij dan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang tinggal di Kota Pasuruan dan Surabaya.

  • Bobot kotor 206 kilogram, itu belum termasuk boks ya.

Membuktikan gambaran, rasa penasaran sekaligus mengisi akhir pekan OTOPLUS-ONLINE melakukan Trip ke mata air yang terletak di kaki Gunung Bromo tersebut. Menggunakan Kawasaki Versys 650 yang kami pinjam dari Surapita Unitrans, main dealer Kawasaki di wilayah Jawa Timur, NTT dan Ambon, perjalanan Surabaya-Pasuruan yang berjarak 70 kilometer kami tempuh dengan jalan santai dalam waktu sekitar 1 jam.

  • Jok dengan kontur busa yang empuk, kekurangannya di sisi jok penumpang tidak dibekali tahanan di bagian belakang dengan kontur menurun di bagian belakang.

Melintasi rute Surabaya-Sidoarjo yang hectic di akhir pekan jelas bukan habitat Versys 650. Selain dimensi panjang yang menyentuh 2,1 meter lebih dan bobot kotornya yang mencapai 206 kg membuatnya kurang lincah untuk bermanuver di celah kendaraan lain. Untungnya OTOPLUS-ONLINE yang berpostur 178 cm tidak mengalami kesulitan dengan ketinggian jok yang mencapai 846 mm.

  • Mesin DOHC 4 katup per silinder berpendingin cairan dengan sistem injeksi DFI (Digital Fuel Injection), karakternya memang pas diajak turing.

Tenaga mesin 2 silinder segaris Versys 650 terasa beringas ketika takometer menyentuh angka 4.000. Paling asyik jaga putaran mesin di rentang 4.000-6.500, torsi dari mesin berkapasitas murni 649 cc terasa keluar seutuhnya. Sesekali jarum spidometer menyentuh angka 130 km/jam dengan mudah. Seperti rata-rata motor bermesin besar, di jalan yang padat merayap seperti rute Surabaya-Sidoarjo, panas mesin terasa cukup menghangatkan kaki.

  • Sok belakang model single offset laydown dengan 13 setelan (rebound dan preload).

Di jalur Gempol-Bangil, waspadai permukaan aspal yang tak rata akibat sering dilalui kendaraan-kendaraan berat. Untungnya sebelum berangkat dengan pertimbangan dipakai berboncengan, setelan kekerasan pegas pada sokbreker belakang model single offset laydown sudah kami geser ke posisi kedua, seandainya kekerasan pegas di posisi satu, jelas bakal sering bottoming alias mentok. Sok belakang memiliki 13 setelan, rebound dan preload.


Sementara karakter peredaman suspensi depan model upside down 41 mm buatan Showa yang memiliki setelan rebound dan preload terasa mumpuni. Selebihnya rute Surabaya-Pasuruan relatif mulus.

  • Dengan sumbu roda 1.415 mm, pengendaliannya di trek luar kota terasa stabil dan mantap.

Dari Pasuruan ada dua jalur menuju Mata Air Umbulan yang bisa dipilih. Pertama, jalur Pantura rutenya, Jl. Ir H. Juanda – Raya Ngopak – Pasar Desa Arjosari. Di pertigaan Pasar Desa Arjosari belok ke kanan (selatan) masuk ke jalan Kedawung Kulon – Karang Kliwon – Raya Bandaran. Di pertigaan Raya Bandaran belok kanan (barat), mengikuti papan penunjuk arah bertuliskan Pasuruan/Surabaya sampai ketemu Pasar Winongan. Di pertigaan Pasar Winongan belok ke kiri (selatan).


Kedua, jalur Warungdowo. Jalur ini dimulai dari Alun-alun Kota Pasuruan lurus saja ke arah selatan sampai bertemu perempatan Warungdowo. Patokannya Polsek Pohjentrek lalu belok kiri ke arah Pasar Winongan. Di pertigaan Pasar Winongan belok ke kanan (selatan). Dari Pasar Winongan ke arah selatan sekitar 6 kilometer sampailah kita di Desa Umbulan. Paling mudah gunakan saja aplikasi Google Maps untuk memandu kita sampai ke sana.

  • Kami memilih jalur Pantura saat berangkat dan jalur Warungdowo pada perjalanan pulang.

Kondisi jalan baik dari jalur Pantura maupun jalur Warungdowo relatif baik dengan kontur mendatar. Hanya perlu lebih berhati-hati saat melewati rute Pasar Winongan – Desa Umbulan karena jalannya hanya pas dilalui dua mobil dan banyak berseliweran truk-truk material.

Untuk parkir kendaraan pengunjung tersedia areal parkir yang cukup luas di depan kantor PDAM Umbulan. Parkir dikelola oleh warga dengan tarif Rp 2000 untuk sepeda motor dan Rp 10.000 untuk mobil. Tidak ada biaya masuk ke kompleks mata air Umbulan yang dikelola Perusahaan Daerah Air Bersih Jawa Timur.


Memasuki kompleks mata air Umbulan seluas 48.961 meter persegi kita akan menjumpai dua kolam reservoir. Lantaran besarnya, kolam utama yang terletak lebih tinggi lebih nampak seperti sebuah telaga ketimbang kolam reservoir.

  • Sayangnya pipa-pipa air ini merusak keindahan suasana Umbulan.

Airnya sangat jernih hingga dasar kolam yang dipenuhi tetumbuhan dan bebatuan nampak jelas. Kejernihan menggoda beberapa pengunjung untuk menceburkan diri ke dalamnya. Namun buat yang tidak bisa berenang, hati-hati ya karena kedalam kolam ini bervariasi mulai 0,5 sampai dengan 3 meter.


Sementara buat yang sekadar menikmati suasana Umbulan bisa dilakukan sembari menyeruput teh atau kopi hangat ditemani kudapan seperti beraga gorengan atau pisang rebus sampai makanan berat seperti nasi pecel atau mi goreng yang dijajakan warung-warung yang ada di sekitar kolam reservoir Umbulan.

  • Meski tidak terlalu tinggi dari permukaan laut, hawa di sekitar Desa Umbulan terasa segar dengan suasana yang tenang. Lumayan untuk melepas penat sehari-hari.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Cahyo Edhi Heryono yang melakukan Studi Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih untuk Desa Umbulan Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan pada rentang tahun 2015-2016 menyebutkan debit sumber air Umbulan rata-rata mencapai 168.453.181,4 liter/hari atau sekitar 1.949 liter/detik. Angka ini sudah jauh menurun dibandingkan asumsi debit air saat pertama kali ditemukan tahun 1915 sebesar 5.000 liter per detik.

  • Naik sedikit ke daerah di atas mata air Umbulan berada kita sudah menjumpai hamparan lahan tanpa pepohonan yang cukup luas.

Infonya penurunan debit air tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah yang menjadi daerah tangkapan sumber mata air Umbulan yang ketinggian dari muka laut hanya 29 meter ini cukup kritis. Dari analisa, penurunan debit sumber mata air Umbulan diakibatkan oleh terjadinya perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian serta semakin meluasnya lahan kritis di daerah hulu mulai dari Umbulan sampai wilayah lereng Gunung Bromo (DAS Rejoso), Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Kawasan Perhutani maupun daerah-daerah tangkapan air sumber mata air umbulan tersebut yakni meliputi enam wilayah kecamatan di Kabupaten Pasuruan, yakni Winongan, Pasrepan, Puspo, Tutur, Tosari, dan Lumbang.

  • Perbandingan rasio gigi akhir 46-15 masih mudah melahap tanjakan bersudut 35-37 derajat berboncengan.

Kami pun coba menjelajah naik ke wilayah Desa Winongan bagian atas tak jauh dari lokasi sumber mata air Umbulan, eh betul tuh, tak butuh 10 menit kita sudah disuguhi pandangan gersang bebatuan. Padahal area ini seharusnya efektif menjadi daerah tangkapan air. Jika kondisi ini dibiarkan atau justru semakin parah bukan tidak mungkin rencana PDAB Jatim untuk memanfaatkan air Umbulan sebagai sumber air bersih bagi sekitar 1,3 juta warga di lima kabupaten atau kota di Jawa Timur yaitu Surabaya, Gresik, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, dan Sidoarjo tidak akan terwujud.

Teks & Foto: Nugroho Sakri Yunarto

bottom of page