top of page
  • Gambar penulisEditor

Test Drive Citroen EC3 Mobil Listrik Eropa Paling Murah Bagaimana Naikannya?

Simak rangkuman hasil test drive sejauh 280 kilometer yang OTOPLUS ONLINE lakukan pada Citroën EC3, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

Wujudnya tak memiliki perbedaan dengan versi bensinnya.


OTOPLUS-ONLINE I Citroen EC3 merupakan versi mobil listrik dari Citroen C3. Dari price list yang disodorkan Plaza Indomobil jalan Ahmad Yani 248 Surabaya, EC3 ditawarkan dengan rentang harga Rp397.000.000-412.000.000 (OTR Surabaya).


Di kisaran harga ini Citroen EC3 akan bersaing dengan Wuling Binguo EV yang dijual Rp355.000.000-415.000.000 (OTR Surabaya), Neta V yang selama Ramadhan 2024 lalu harganya dipangkas jadi Rp317.000.000 (OTR Jakarta), dan VinFast yang ditawarkan dengan skema sewa baterai sehingga harganya lebih terjangkau, yakni Rp235.000.000-250.000.000 untuk model VF5, dan Rp288.000.000-300.000.000 (VFe34).


Sebagai informasi di barisan mobil listrik asal Eropa seperti BMW iX1 harganya tembus Rp1,5 milyar. Gak berbeda dengan Mercedes-Benz EQA, atau juga MINI Cooper S Electric yang diharga Rp1,024 miyar. Jadi di jajaran mobil listrik Eropa, saat ini brand Prancis ini jadi paling murah. 


Dipasarkan dalam rentang Rp397-412 juta (OTR Surabaya).


Citroen EC3 yang meluncur akhir 2023 di Tanah Air dibangun menggunakan platform yang sama dengan versi bensinnya (Internal Combustion Engine).


Format itu menawarkan kelebihan, selain membuat harganya lebih terjangkau, mobil ini tetap menawarkan keunggulan-keunggulan yang disodorkan oleh versi combustion engine-nya.



Selain keunggulan, apa saja kekurangannya? Berikut rangkuman dari test drive sejauh 280 kilometer yang OTOPLUS ONLINE lakukan.


Kelebihan

Konsumsi Energi


DC Charging memungkinkan pengisian ulang daya baterai lebih singkat.


Pada pemakaian di dalam kota dengan dua orang penumpang dan gaya mengemudi normal, Citroen EC3 menyuguhkan figur 8,9 km/kWh.


Artinya dengan baterai berkapasitas 29,2 kWh mobil listrik ini akan sanggup menjelajah sejauh 260,7 kilometer dari klaim Citroen yang 320 kilometer.


Dibekali motor listrik tipe permanent magnet synchronous motor berdaya 57 DK dengan torsi 143 Nm.


Jika pengisian baterai dilakukan di rumah menggunakan AC charging 3,3 kW akan membutuhkan waktu antara 9-10 jam dengan biaya Rp49.626 (tarif listrik R-2/TR 1.699,53 per kWh.


Sementara jika pengisian dilakukan di SPKLU menggunakan DC Charging akan butuh biaya Rp75.920 (asumsi tarif listrik SPKLU Rp2.600/kWh). Sementara waktu yang dibutuhkan sekitar 57 menit untuk pengisian dari 10-80%.


Karakter Suspensi


Karakter suspensinya lembut, belum tertandingi oleh pesaingnya di segmen ini.


Dibandingkan versi bensinnya, bobot kosong Citroen EC3 lebih berat sekitar 300 kilogram imbas penggunaan baterai Lithium Ferrous Phosphate berkapasitas 29.2 kWh yang dipasang di bawah lantai kabin.


Perbedaan bobot ini tentunya diikuti dengan perbedaan spesifikasi suspensi. Tipenya sama, McPherson Strut di depan dan Twist Beam Axle di belakang namun diimbangi dengan spesifikasi pegas spiral yang memiliki konstanta pegas lebih kaku dan sokbreker tipe heavy duty.


Menurut kami ban berukuran 195/65-15 produk India (Ceat) ini punya peran pada karakter empuk pengendaraannya.


Meski begitu karakter Flying Carpet Ride alias berkendara di atas karpet terbang dipertahankan. Gejala limbung tentu ada, tapi overall Citroen EC3 adalah subcompact SUV paling nyaman di kelasnya.


Posisi Mengemudi


Posisi mengemudinya ergonomis, nyaman untuk jalan jauh sayang kapasitas baterainya terbatas untuk jalan jauh.


Tak beda dengan versi ICE (Internal Combustion Engine)-nya, posisi mengemudi di EC3 ergonomis. Ketebalan batang setir pas digenggam, posisi setirnya ideal meski hanya dibekali fitur tilt steering (belum telescopic steering).


Komplain kami hanya pada desain jok yang masih menganut model sport seat dengan headrest yang menyatu dan buat driver dengan tinggi di atas 175 cm, headrest ini hanya mengakomodir separuh kepala saja.


Untungnya kontur busanya empuk sehingga cukup bikin betah berada di balik kemudinya. 


Jok model sport seat yang ergonomis.


Umumnya kelemahan mobil listrik yang murni menggunakan platform mobil listrik, posisi lantai jadi naik. Sehingga posisi duduk penumpang utamanya yang duduk di belakang berasa jongkok.


Itu tidak terjadi di EC3 sebab mobil ini dikembangkan dari mobil konvensional. Duduk di jok belakang tetap terasa nyaman karena paha masih ditopang sepenuhnya oleh jok. 


Kesenyapan Kabin


Kabinnya super senyap untuk sebuah sub compact SUV.


Kalau di versi combustion engine-nya saja terasa kedap, apalagi di versi listriknya. Senyap! Citroen memang mendesain ruang kabin sedemikian rupa sehingga terasa tenang dan hening layaknya berada di dalam kepompong (Cocoon Effect).


Selain konstruksi ruang kabin dan penggunaan material peredam di permukaan kabin, seperti di versi bermesin bensinnya, sistem insulasi di semua pintunya menggunakan weather strip berlapis beludru yang berperan mengurangi desir angin yang menyusup ke celah-celah pintu. 


Sistem Audio


Tweeter diletakkan  di pilar A.


Sistem audionya didukung oleh 6 spiker terdiri dari sepasang tweeter di pilar A dan 4 midrange di setiap pintu. Konfigurasi ini sama dengan versi bensinnya.


Kontrol sistem audio dilakukan lewat layar sentuh full color 10,25 inci yang cukup responsif dan mendukung fungsi mirrorlink juga konektivitas wireless lewat Apple Carplay dan Android Auto.


Detail dan kualitas suara serta efek stagging tergolong baik. Keunggulan sektor audio juga berkat peran kabin senyap khas mobil listrik.


Head unit touch screen 10,25 inci yang mendukung konektivitas ke smartphone lewat Android Auto dan Apple Carplay yang nantinya juga akan dikembangkan untuk konektivitas ke MyCitroen Connect Apps.


Pada menu terdapat ikon shortcut ke aplikasi radio, bluetooth, telefoni untuk akses cepat. Citroen juga melengkapi sistem audionya dengan fitur Speed Dependent Volume Control yang akan menyesuaikan keluaran suara mengikuti laju kecepatan kendaraan. 


Kepraktisan


Cup holder dan tray di konsol tengah.


Khas mobil Prancis, unsur kepraktisan selalu menonjol. Hal itu tampak dari setiap sudut kabin yang dapat dimanfaatkan untuk menyimpan berbagai barang.


Selain laci, setidaknya ada 12 tempat penyimpanan tersebar dari storage bin dan storage slot di dasbor, konsol tengah, door trim sampai parcel shelf.


Sepasang USB port type A untuk penumpang belakang yang butuh untuk mengisi ulang daya smartphone-nya.


Door pocket di door trim depan selain dapat memuat botol air ukuran 1 liter juga masih juga menyisakan ruang untuk menyimpan barang-barang lainnya.


Door slot misalnya, selain berfungsi sebagai pegangan tangan juga bisa dimanfaatkan untuk meletakkan uang receh. EC3 menyuguhkan ruang bagasi berukuran 315 liter, volume yang sama dengan versi ICE-nya.


Pilihan Warna


Dihadirkan dalam 4 pilihan warna basic dan 6 pilihan warna kombinasi.


Tak ada perbedaan pada desain Citroen EC3 dengan C3 yang jadi basisnya. Overall desain crossover berkode bodi CC21 yang dikembangkan dan diproduksi di India ini sebenarnya selera orang Indonesia yang menyukai mobil dengan desain tajam, sporty dan terkesan modern. 


Konsumen diberi kebebasan memilih warna frame foglamp, side mounding dan trim dasbor. Antara Zesty Orange atau Steel Grey.


Namun Citroen menyuguhkan selling point berbeda lewat pilihan kombinasi warna-warna catchy. Ada 4 warna dasar yaitu Polar White, Zesty Orange, Platinum Grey, Steel Grey yang dikombonasikan sehingga menghasilkan 6 pilihan warna dual tone yakni Polar White Body with Zesty Orange Roof, Platinum Grey Body with Zesty Orange Roof, Polar White Body with Platinum Grey Roof, Steel Grey Body With Zesty Orange Roof, Zesty Orange Body with Platinum Grey Roof, Steel Grey Body with Platinum Grey Roof. Ragam kombinasi warna unik itu jelas membuatnya tampil beda di jalan. Konsumen juga diberikan kebebasan memilih warna antara Zesty Orange dan Steel Grey untuk frame foglamp, ornamen pada side moulding dan trim dasbor.


Kekurangan

Baterai Kurang Besar


Baterai Lithium Ferrous Phosphate berkapasitas 29.2 kWh yang dipasang di bawah lantai kabin.


Dengan kapasitas 29.2 kWh, baterai EC3 terasa kurang besar. Pasalnya dengan jarak jelajah sebenarnya yang berkisar 240-260 kilometer tidak memungkinkan untuk membawanya bepergian jauh ke luar kota, melibas rute Surabaya-Yogyakarta sekali jalan misalnya.


Posisi Charging Port


Letak charging port di fender depan sisi kanan munculkan kendala jika ruang charging terbatas seperti ini.


Peletakkan charging port di EC3 agak nyleneh. Di fender kanan depan. Andai diposisikan di ujung depan akan lebih fleksibel mengingat beberapa SPKLU punya keterbatasan ruang buat bermanuver.


Kualitas Interior


Tuas transmisi digantikan switch selector yang dijuluki E-Toggle.


Dengan harga Rp400 juta, konsumen tentu berharap mendapatkan value yang lebih dari kualitas interiornya. Nyatanya kualitas interior yang ditawarkan masih sama dengan versi bensin yang harganya lebih murah separo dari versi listriknya.


Driver display terlihat sederhana untuk mobil seharga Rp400 juta.


Baik itu kualitas material pembalut jok, dasbor dan doortrim yang didominasi plastik keras serta tuas dan tombol kontrol yang terkesan murah.


Teks & Foto: Nugroho Sakri Yunarto

bottom of page