top of page
  • Gambar penulisEditor

Gaikindo: Pemerintah Harus Membuat Program Semacam LCGC, Tapi Khusus Kendaraan Listrik

Tujuannya untuk mempercepat penjualan kendaraan listrik yang sampai sekarang masih lamban

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi berharap DFSK Gelora E bisa memiliki harga terjangkau, agar masyarakat gampang memilikinya dan bisa digunakan untuk meningkatkan usaha.


OTOPLUS-ONLINE I Itulah salah satu solusi yang ditawarkan Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), untuk mempercepat penjualan kendaraan listrik di Indonesia yang dinilai masih lamban.


Padahal, Pemerintah telah menetapkan roadmap pengembangan mobil listrik hingga tahun 2030. Data yang kami kutip dari Gaikindo menyebutkan, sesuai roadmap tersebut, produksi kendaraan listrik pada tahun 2030 ditargetkan mencapai 600 ribu unit untuk roda empat. Sementara untuk roda dua ditargetkan sebanyak 2,45 juta unit.


Begitu pula untuk pembelian kendaraan listrik. Pemerintah menargetkan pada tahun 2030 pembelian mobil listrik mencapai 132.983 unit. Sedangkan untuk pembelian sepeda motor listrik ditargetkan 398.530 unit.



Untuk mempercepat tingkat penggunaan mobil listrik, Pemerintah juga akan menetapkan peraturan tentang roadmap pembelian mobil listrik di instansi pemerintahan.


Selain itu, Pemerintah juga memberi berbagai insentif fiskal dan non-fiskal bagi konsumen kendaraan listrik, di antaranya pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) sebesar nol persen.


Namun demikian, sampai sekarang penjualan kendaraan listrik di Indonesia masih sangat sedikit. Untuk itu, GAIKINDO menawarkan sejumlah solusi untuk mempercepat penjualan kendaraan listrik di Indonesia.



Kukuh Kumara selaku Sekretaris Umum Gaikindo (kiri) / Foto: Gaikindo


Hal itu disampaikan Kukuh Kumara selaku Sekretaris Umum Gaikindo. “Bagaimanapun juga kita akan mengarah ke mobil listrik sebagai salah satu alternatif."


"Namun, proses adopsinya tentunya bisa dilakukan secara alamiah,” ujar Kukuh dalam webinar Industrial Automation yang digelar tanggal 22 Juli 2021 lalu.



Lebih lanjut Kukuh mencontohkan, apa yang dimaksud dengan cara alamiah tersebut. “Misalnya, di saat masyarakat bisa merasakan manfaatnya (kendaraan listrik), mereka akan memilih kendaraan tersebut,” kata Kukuh seperti yang kami kutip dari website resmi Gaikindo.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi saat melihat dari dekat electric van pertama di Indonesia, DFSK Gelora E, di acara Sosialisasi Kendaraan Listrik Bersama DFSK di area parkir Stasiun Bekasi Timur (18 April 2021).


Untuk mendorong agar masyarakat mau mencoba kendaraan listrik ini sehingga bisa merasakan manfaatnya, maka menurut Kukuh, Pemerintah harus membuat program semacam LCGC (Low Cost Green Car) atau KBH2 (Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau) yang dilakukan pada 2013 lalu. Tapi kali ini khusus untuk kendaraan listrik.

MG ZS EV siap meramaikan bursa kendaraan listrik di Indonesia dengan harga kompetitif sesuai segmennya



“Bisa dilakukan pendekatannya dengan memperkenalkan program kendaraan bermotor listrik dengan harga terjangkau,” kata Kukuh.


Kukuh juga mengingatkan, perlunya kendaraan listrik yang benar-benar disiapkan khusus untuk pasar Indonesia dengan segala kondisinya.

OTOPLUS-ONLINE saat menjajal mobil listrik pertama yang meluncur secara resmi di Indonesia, yakni BMW i3s


“Kenapa diperlukan? Karena kendaraan listrik yang saat ini beredar di dunia, umumnya dikembangkan di negara-negara yang memiliki empat musim. Sementara di Indonesia punya dua musim, musim hujan dan musim panas,” jelas Kukuh.


“Dan suhunya (Indonesia) selalu panas, dan kendaraan itu mau tidak mau akan selalu menggunakan AC. Ini konsumsinya (daya listrik) berbeda, oleh karena itu perlu ada penelitian lebih dalam di situ,” tegasnya.



Dengan kata lain, jangan sampai ketika mencoba kendaraan listrik ini, masyarakat justru menemukan banyak masalah dibanding manfaatnya.


Teks: Indramawan

Foto: Dok. OTOPLUS-ONLINE

bottom of page