top of page

Yani Golf Reborn: Upaya Selamatkan Cagar Budaya Surabaya

  • Gambar penulis: Editor
    Editor
  • 5 Okt 2021
  • 4 menit membaca
Yayasan Yani Golf bertekad kembalikan fungsi lapangan ini dengan merangkul generasi millennial agar tertarik golf.

Sekilas lapangan golf ini masih tampak terawat


OTOPLUS-ONLINE I Sebelum adanya lapangan Golf Graha Famili, Bukit Darmo Golf, Pakuwon Golf dan Ciputra Golf, lapangan golf Ahmad Yani (Yani Golf) merupakan satu-satunya lapangan golf di Surabaya.

Agus Sarosa, Dewan Penasihat Yayasan Yani Golf menjelaskan, “Lapangan golf ini mulai dibangun pada tahun 1898 dan selesai tahun 1910. Merupakan lapangan golf kedua yang ada di Indonesia setelah lapangan golf Rawamangun di Jakarta yang selesai dibangun tahun 1900.”


“Puncak kesuksesan Yani Golf terjadi antara tahun 1993-1998. Saat itu dalam sehari rata-rata ada 50 orang yang datang bermain,” ungkap Agus Sarosa, pensiunan TNI AD yang menjadi Dewan Penasihat Yayasan Yani Golf.

Lapangan ini juga berfungsi sebagai salah satu paru-paru kota Surabaya


Saat itu Yayasan Olah Raga Golf Surabaya (YORGS) pengelola lapangan ini bisa membangun Club House, seperti wujudnya sekarang, merenovasi kontur lapangan golf dari awalnya terlalu naik turun kemudian dibuat lebih landai, beberapa area ditanami pohon menjadi hutan sampai membuat danau seluas sekitar 1 hektar sebagai cadangan air.

Luas lapangan golf Ahmad Yani yang mencapai 59 hektar dan berada di relative di tengah kota Surabaya merupakan asset bernilai ekonomis tinggi. Tak heran kalau banyak investor mengincarnya


Seiring perjalanan waktu, banyak pengurus yayasan yang sudah semakin tua. Di luar itu, makin banyaknya lapangan golf baru di Surabaya sehingga menambah pilihan tempat bermain golf bagi para pemain.

Lokasinya bersebelahan dengan perkampungan juga kompleks pemukiman mewah, Villa Bukit Mas dan Darmo Hills


Hal itu membuat pihak yayasan mencari investor untuk mengelola Yani Golf agar dapat bersaing dengan lapangan golf baru sekaligus menolong karyawan yang menggantungkan hidupnya pada operasional lapangan golf.

Sardi, pegolf yang pernah membawa Jatim meraih medali emas di PON Palembang 2004 silam, “Lapangan golf Ahmad Yani sudah menghasilkan banyak sekali pegolf hebat. Kini kondisinya memprihatinkan.”


“Sejak tahun 2016 YORGS kemudian menunjuk PT Tamara Global Investama sebagai pengelola untuk melakukan perbaikan lapangan golf dengan standar tertentu dan mengelola dengan waktu yang dalam kontraknya disepakati selama 35 tahun,” kata Agus yang mantan Bupati Bojonegoro ini.

Hasan, pengurus Yayasan Yani Golf ketika mengajak para wartawan meninjau langsung kondisi lapangan golf Ahmad Yani (1 Oktober 2021)


Pada kenyataannya, anak perusahaan PT Bhakti Tamara Group ini melakukan wanprestasi. Wanprestasi dilakukan karena lemahnya pengawasan karena YORGS sendiri nyaris vakum.

Peralatan rata-rata sudah berusia 50 tahun dan belum pernah diremajakan


Oleh karena itu para penggemar golf yang peduli dengan keberadaan Yani Golf bersepakat untuk membentuk Yayasan Yani Golf dan mengambil alih peran YORGS pada bulan Mei 2021.



Perawatan rutin yang seharusnya dilakukan tidak maksimal akibat tidak ada peremajaan peralatan, banyak sudut lapangan dalam kondisi tidak terawat. Padahal Yani Golf masuk dalam cagar budaya dan banyak menyimpan nilai sejarah kota Surabaya.

Hasan menunjukkan sebagian area padang golf yang terbakar ulah oknum tidak bertanggung jawab beberapa waktu lalu


Akibatnya tidak ada pemain yang datang. “Kadang 3 atau 4 pemain sering tidak ada sama sekali,” kata Hasan, pengurus Yayasan Yani Golf yang ditemani beberapa pengurus lain pada konferensi pers bersama media.



Tak hanya itu, PT TGI bahkan menunggak pembayaran PBB sejak 2016. “Selama 5 tahun tunggakan PBB mencapai Rp 5 milyar lebih. Sebenarnya pengurus yayasan sudah menegur PT Tamara sejak tahun pertama pengelolaan namun tidak direspon. Kami dari pihak yayasan sudah berinisiatif mengajukan permohonan keringanan ke Pemkot tapi tidak di-follow up dengan pembayarannya oleh PT TGI,” kesal Hasan.

Permukaan tanah retak merekah akibat tidak pernah mendapatkan penyiraman secara rutin. Saat diusut ternyata jaringan pipa untuk pengairan ternyata banyak yang dicuri


Dan kejadian paling parah dan tidak bisa dimaafkan terjadi beberapa minggu lalu dimana terjadi kebakaran yang disulut orang tak bertanggung jawab di sekitar hole 8 dan 16. Selain merusak hamparan rumput, kebakaran itu juga menyebabkan ayam hutan dan burung-burung liar kabur dari habitatnya di hutan sekitar lapangan golf.



Sikap tidak bertanggungjawab PT TGI membuat Yayasan Yani Golf untuk membatalkan hak pengelolaan Yani Golf yang akhirnya disepakati dengan pernyataan pengunduran diri PT TGI dari kesepakatan pengelolaan tersebut.

Toilet dan tempat istirahat yang tersebar di 18 hole tidak semuanya layak digunakan, sebagian bahkan ada yang ambruk karena tidak dirawat


“Namun yang jelas tunggakan pembayaraan PBB selama 5 tahun akan tetap menjadi kewajiban PT TGI,” tegas Hasan.



Yayasan Yani Golf bertekad mengembalikan fungsi lapangan ini sekaligus meningkatkan manfaatnya dengan merangkul lebih banyak golongan masyarakat terutama generasi millennial agar tertarik dengan olahraga golf.

Lapangan golf ini juga menyimpan aset sejarah sisa zaman perang kemerdekaan, saat ini kondisinya dibiarkan tak terawat


Pembenahan akan dilakukan bertahap dimulai dengan melakukan pembersihan area lapangan golf, memperbaiki kondisi rumput dengan penanaman kembali, penyiraman dan pemotongan juga peerbaikan dan pengecatan fasilitas-fasilitas pendukung, Tujuannya agar orang kembali mau main di lapangan golf Ahmad Yani.



Untuk mengundang minat masyarakat agar mau bermain di Yani Golf sementara Hasan yang akan membebaskan biaya sewa lapangan (green fee). Biaya green fee di lapangan Yani Golf untuk 9 hole adalah Rp 200 ribu dan Rp 350 ribu untuk 18 hole.

Fredrick Jacob Rothenbuhler, gubernur jenderal Hindia Belanda untuk wilayah Jawa Timur dimakamkan di sini


Umumnya setiap pemain akan dikenakan green fee dan caddy fee untuk pada caddy yang menemani bermain. “Dari 90 karyawan Yani Golf, 58 orang diantaranya adalah caddy. Sejak menurunnya kunjungan pemain di Yani Golf akibat kondisi lapangan yang tidak layak, otomatis mereka tidak mendapatkan penghasilan lagi,“ kata Hasan.



Ditambahkannya, “Nantinya lapangan golf ini juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti foto pre-wedding atau kegiatan lain, gathering komunitas otomotif misalnya.”

Satu lagu aset sejarah yang tidak dirawat, monumen Kancah Yudha Mastrip, lokasi ditemukannya empat pejuang yang tewas saat pertempuran melawan sekutu pada tanggal 28 November 1945. Mereka adalah Soewarno, Soewondo, Soetojo dan Syamsudin. Keempatnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Mayjen Sungkono


Dengan pembenahan yang serius, bukan tidak mungkin suatu saat lapangan golf Ahmad Yani ini selain menjadi tempat belajar dan bermain golf bagi masyarakat Surabaya, juga akan menggelar turnamen-turnamen golf bergengsi seperti Toyota Tour Cup atau Mercedes-Benz Trophy.

Teks dan Foto: Nugroho Sakri Yunarto

Comments


bottom of page