top of page
  • Gambar penulisEditor

Test Drive DFSK Gelora E: Minibus Listrik Seharga Rp500 Jutaan Ini Apakah Layak Beli?

Selain efisiensi, kami akan cari tahu rasa berkendara minibus bertenaga listrik yang diklaim sanggup tempuh jarak 300 km ini.

OTOPLUS-ONLINE - DFSK menghadirkan dua pilihan Gelora, bermesin bensin dan listrik murni. Masing-masing ditawarkan dalam pilihan model minibus dan blindvan.


Beberapa waktu lalu, CV Manang Sejahtera Abadi (DFSK Surabaya) memberi OTOPLUS-ONLINE kesempatan untuk melakukan test drive Gelora E.


Apa saja yang ditawarkan minibus bertenaga listrik ini selain klaim jarak tempuh sampai 300 kilometer, dan bagaimana rasa berkendaranya?


Desain dan Harga

  • Dipasarkan dengan harga Rp599 juta (OTR Surabaya)

Jujur, bentuknya kurang menarik, kotak, terlihat kaku khas mobil niaga. Wujudnya masih sama dengan versi yang diperkenalkan ke Tanah Air 2020 silam.

  • Belum dibekali wiper belakang meski dudukannya telah tersedia

Antara Gelora dengan Gelora E, tidak didapati perbedaan pada dimensi, bentuk dan detail eksterior maupun interior sampai pilihan warna tunggal, putih.

  • Pintu samping model geser dengan bukaan kaca model loket

Di Jakarta Gelora E dipasarkan dengan harga Rp 582.100.000 (Minibus) dan Rp 484.000.000 (Blindvan). Padahal kalau membandingkan harga Gelora E yang dijual 2,5 kali lipat lebih mahal akan lebih menarik bila DFSK memberikan pilihan warna lain untuk Gelora E.



Misalnya hitam, merah maroon atau biru tua, bakal cakep tuh disamping penggunaan pelek alloy bukan pelek kaleng plus wheeldop seperti saat ini.


Kabin Lapang

  • Bagasinya sangat luas

Bentuk bodi Gelora E yang boxy alias mengotak dan jarak sumbu roda yang mencapai 3.050 mm berimbas pada kelegaan ruang kabin.



Apalagi konfigurasi kursi di varian elektrik ini dibuat hanya untuk menampung 7 penumpang sementara di varian bermesin bensin didesain untuk mengangkut hingga 11 penumpang.

  • Ruang kaki di baris pertama lega

  • Jok baris kedua model individual

  • Baris ketiga juga punya ruang yang lega

Kursi baris kedua menganut model individual yang dapat direbahkan dan digeser maju-mundur. Saking leganya kabin ketika jok baris kedua dimundurkan maksimal sekalipun, ruang kaki penumpang di baris ketiga masih sangat memadai. Kelegaan juga merambah ke area bagasi. 2 koper ukuran 40 liter plus 4 koper 25 liter sudah pasti muat di situ.

  • Audio head unit 8 inci dengan koneksi smartphone

  • Power window untuk dua pintu depan

Minusnya, untuk kendaraan nyaris 600 juta kualitas interior seharusnya diupgrade dari versi bensin. Pasalnya, material plastik di dasbor dan doortrim, kasar dan tipis, khas kendaraan niaga, kain pelapis jok juga terasa kasar di kulit.

  • Hanya ada headlight height adjuster di kluster dasbor sisi kanan

  • Spion belum elektris

Saran kami, sebaiknya DFSK membedakan material kain pelapis jok antara varian bermesin bensin dan listrik. Gelora E sebaiknya menggunakan bahan fabric yang lebih baik agar sesuai dengan kasta mobil 1/2 milyar ke atas.


Motor Listrik dan Baterai

  • Aki normal digunakan untuk sumber daya perangkat kelistrikan

Gelora E mengandalkan motor listrik tipe Permanent Magnet Synchronous Motor yang dipasang untuk menggerakkan roda belakang.

  • Di balik kap ini hanya untuk mengecek cairan-cairan seperti minyak rem

Motor listrik bertenaga maksimum 60 Kw (80,4 dk) dan torsi 200 Nm tersebut letaknya berdekatan dengan gardan belakang.

  • Disediakan kabel untuk Normal Charging dan Quick Charging

Sumber tenaganya mengandalkan baterai Lithium Ion 42 kWh yang diposisikan di bawah kabin depan dan tengah. Dimensi baterai yang cukup besar itu membuat sumbu roda Gelora melar sampai 3.050 mm.

  • Pengisian Normal Charging dilakukan dari grill

Baterei 42 kWh di Gelora butuh waktu sekitar 2,5 jam untuk mengisi penuh dari 0-100% menggunakan Quick Charging atau 80 menit bila mengisi dari 20-80% menggunakan Normal Charging.

  • Sementara Quick Charging lewat sisi kanan bodi

Dengan kapasitas baterai 42 kWh dan klaim konsumsi energi 14,5 kW per 100 kilometer artinya secara teori Gelora E bisa menjelajah sejauh 289 kilometer.


Impresi Berkendara

Untuk menghidupkannya, langkah awal yang dilakukan adalah menekan pedal rem. Setelah itu putar kunci dan indikator bertuliskan READY tampil di panel meter.

  • Kenop selektor posisi berkendara

Selanjutnya putar kenop selektor ke posisi yang diinginkan, ada 4 pilihan yang tersedia, P (Park), R (Reverse), D (Drive) dan E (Eco).



Setelah memilih mode D, pedal throttle kami bejek. Wow, sangat responsif!! Torsi yang dihasilkan sebenarnya tidak terlalu besar, hanya 200 Nm tapi itu tersedia sejak pedal gas diinjak yang memang menjadi ciri electric vehicle.

  • Melaju hening tanpa suara

OTOPLUS-ONLINE coba melaju dengan kecepatan 40-50 km/jam. Gelora E melaju hening. Polusi suara yang mengganggu muncul justru muncul dari sistem AC.

  • Posisi mengemudi layaknya kendaraan niaga

Posisi kemudi Gelora E seperti umumnya kendaraan niaga macam Isuzu Traga atau Suzuki Carry. Keuntungannya, kombinasi posisi duduk yang tinggi dengan bahu jendela rendah membuat pandangan ke sekeliling jadi leluasa meski tidak nyaman untuk perjalanan jauh. Toh kendaraan ini memang lebih ideal dipakai di perkotaan.


Untuk jalan-jalan perkotaan, manuver terbantu oleh ringannya gerakan kemudi yang didukung oleh sistem EPS (Electric Power Steering).



Karakter putaran kemudinya sendiri gak direct, ada jeda antara input gerakan kemudi dengan gerakan roda. Tentunya ini bertujuan untuk keamanan dengan memperhitungkan fungsinya ketika membawa beban berat.


Untungnya sudut putar kemudi lock-to-lock termasuk dalam sehingga meski jarak sumbu roda mencapai 3 meter lebih, Gelora E tidak kesulitan putar balik di jalan sempit.

  • Material plastik khas mobil niaga

Ambience saat masuk ke dalam kabinnya sama sekali tidak berasa kalau mobil ini berharga setengah milyar lebih. Material plastik di dasbor, doortrim dan konsol boks sama seperti umumnya kendaraan niaga. Begitu Bahan kain pelapis joknya.



Seluruh lantainya dilapis material plastik yang tujuannya agar mudah dibersihkan. Seharusnya selain eksterior, DFSK juga sedikit mengupgrade spesifikasi material interior seperti penggunaan kain jok yang lebih premium atau penggunaan karpet sebagai pelapis lantainya.

  • Suara dari sistem AC kurang nyaman didengar

Kekurangan lain yang OTOPLUS ONLINE rasakan adalah sistem AC yang masih mengandalkan model single blower.



Bayangkan saja dengan ruang yang sangat besar, dan hawa udara di Surabaya yang panas, hembusan AC hanya terasa sepoi-sepoi dirasakan penumpang baris paling belakang. Idealnya Gelora E menggunakan AC model double blower.

  • Redaman suspensi terasa kaku terutama di bagian belakang

Lantaran didesain untuk membopong baterai dan membawa beban, setup suspensi Gelora E dibuat berkarakter medium stiff, redaman suspensi terasa kaku terutama di bagian belakang yang menggunakan suspensi model pegas daun.



Spesifikasi mobil beban juga terbaca dari ban yang digunakan, berukuran 185/80-14 dengan pola kembangan seperti mayoritas ban Light Truck. Mungkin ketika diisi penuh 7 penumpang plus barang bawaan, karakter redamannya akan lebih berakhlak.


Kesimpulan

Apakah Gelora E worth to buy? Jika efisiensi dan perawatan yang jadi pertimbangan utama, jelas minibus ini worth to buy. Dengan konsumsi energi 14,5 kW per 100 kilometer artinya untuk 100 kilometer hanya memerlukan biaya sebesar Rp 24.650 (asumsi tarif listrik paling mahal, Rp 1.700/kWh).


Bandingkan dengan versi bermesin bensin 1.5 liter yang konsumsi BBMnya 11 km/liter. Artinya versi bensin akan membutuhkan 9,09 liter bensin. Kalaupun diisi dengan bensin beroktan 90 seperti Pertalite yang harganya Rp 7.650 per liter, maka akan membutuhkan anggaran sebesar Rp 69.545 per 100 kilometernya.


Lalu untuk apa penggunaannya? Kalau menilik bentuk dan spesifikasi interior, Gelora E sangat ideal diandalkan jadi kendaraan antar jemput anak sekolah atau karyawan.


Teks dan Foto: Nugroho Sakri Yunarto

bottom of page